BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring
dengan pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini, menuntut
kami untuk membuat segala sesuatu secara sistematis dan efisien, karena
waktu sangat berharga bagi kami, maka beberapa kemajuan teknologi telah
diterapkan diberbagai bidang, diantaranya dunia pendidikan, sebab dari
sinilah semua kemajuan teknologi itu dikembangkan.
Banyak sekali
teknologi yang cepat berkembang di negara kita saat ini. Dengan
teknologi yang semakin berkembang dengan pesat inilah yang akan
mempermudah dalam pekerjaan yang sistematis dan lebih efisien.
Berdasarkan
kemajuan teknologi kami dan kawan-kawan membuat sesuatusistem yang
berkaitan dengan matakuliah Elektronik, kami mengusulkan sama dosen
untuk mengembangkan sebuah alat komonitas. Kita mendapat tugas kedua di
semester empat, yaitu membuat Pemancar FM. Berangkat dari hobi merakit
benda-benda elektronik, kami mencoba merangkai pemancar mini berdaya
pendek yang bisa memancarkan sinyal kurang lebih 100 meter dengan power
(daya) 5 watt. Ini sebuah rintisan yang kemudian menjadi 12 watt .
Dengan daya 12 watt, siaran radio bisa menjangkau satu desa.
1.2 Perumusan Masalah
Masalah
yang ditangani dari tugas praktikum ini adalah membuat dan menganalisa
kualitas suatu pemancar fm untuk mendapatkan data pada test point 1,
test point 2, test point 3 dan frekuensi yang tepat seperti yang di
inginkan.
Pemasalahan dari tugas praktikum ini dibatasi hanya
untuk menganalisa kualitas sebuah pemancar dan mengambil data dari test
point yang ada.
1.3 Batasan Masalah
Permasalahan yang harus diselesaikan pada tugas praktikum ini dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut :
1• Mengambil data dari frekuensi dan menghitung TP 1 sampai TP 3.
2• Menganalisa sebuah pemancar di dalam ruangan, berdasarkan data pengukuran serta membuat kesimpulan.
1.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas ini adalah :
1. Mahasiswa dapat merancang dan membuat rangkaian pada pemancar fm.
2. Pemancar FM 12 Watt yang dibuat dapat menjadi alat yang tepat guna dan dapat dipasarkan.
1.5 Metodologi
Dalam menyelesaikan tugas praktikum ini, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1• Mempelajari konsep tentang elektronika dasar dan mempelajari konsep tentang mekanisme modulasi FM.
2•
Menganalisa dan menyimpulkan hasil percobaan, serta memberi saran bila
tugas praktikum ini diaplikasikan ke sistem yang nyata.
3• Menyusun laporan tugas praktikum pada semester genap.
1.6 Sistematika Pembahasan
Buku laporan tugas praktikum ini terdiri dari 5 (lima) bab, pada masing-masing bab berkaitan satu sama lain, yaitu :
BAB 1 :
Memberikan latar belakang tentang permasalahan, tujuan, masalah dan batasan masalah yang dibahas dalam tugas praktium ini.
BAB 2 :
Memberikan
dasar teori untuk menunjang penyelesaian masalah dalam tugas praktikum
ini. Teori dasar yang diberikan meliputi : mekanisme alat yang di
gunakan dalam membuat pemancar FM
BAB 3 :
Perencanaan dan pembuatan alat serta cara kerja setiap blog diagram yang ada dalam pemancar FM
BAB 4:
Berisi tentang hasil perhitungan dan pengolahan data, serta analisa hasil
perhitungan.
BAB 5 :
Memberi kesimpulan tentang hasil yang telah diperoleh dan saran.
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Koker
(*_*).Bentuk Fisik[Photo]
Koker
berfungsi untuk mengatur atau menentukan frekuensi pada pemancar radio.
Didalam koker juga terdapat ferite yang berfungsi sebagai inti induktor
selain itu juga terdapat lilitan induktor yang terdiri dari lilitan
primer dan skunder. Cara kerja dari koker adalah memudahkan pencarian
gelombang yang kosong. Apabila inti koker di putar ke kanan sampai
maksimal maka frekuensi yang di hasilkan osilator makin rendah. Jika
pemancar FM menyala, putar inti koker ke kiri sampai desis pada radio FM
hilang maka akan didapatkan sinyal yang kuat dan stabil.
2.2 Induktor
(*_*).Bentuk Fisik
Lilitan
dari kawat yang dililit dengan hitungan tertentu, dalam hal ini untuk
menentukan nilai dari induktor biasanya digunakan Q meter. Induktor
berfungsi sebagai penyesuai impedansi, sehingga keluaran dari impedansi
dapat di rubah dan sesuai dengan yang di inginkan (match).
2.3 Transistor
Transistor
mempunyai 2 sambungan, satu diantaranya adalah emitor dan lainnya basis
dan kolektor. Karena inilah sebuah transistor sama seperti dua dioda.
ransistor type C1970 biasanya digunakan untuk menaikkan tegangan 0.8
sampai 1 watt, kalau tidak salah didalam penelitian C1970 bisa menaikan
sekitar 8 kali.
Pada transistor C1971 bisa digabungkan langsung
dari rangkaian Exciter dan maka tegangan 6.5 sampai 7 watt atau bias
menaikan sekitar 10 kali.
Jika di gabung C1970 dengan C1971 maka keluaran power sekitar 12 watt atau lebih. (semua itu akan dijelaskan di BAB III)
2.4 Exciter
Rangkaian exciter terdiri dari osilator dan penyangga.
•Osilator
Inti
dari sebuah pemancar adalah osilator. Untuk dapat membangun sistem
komunikasi yang baik harus dimulai dengan osilator yang dapat bekerja
dengan sempurna. Pada system komunikasi, osilator menghasilkan gelombang
sinus yang dipakai sebagai sinyal pembawa. Sinyal informasi kemudian
ditumpangkan pada sinyal pembawa dengan proses modulasi.
•Penyangga (Buffer)
Semua
jenis osilator membutuhkan penyangga. Penyangga berfungsi untuk
menstabilkan frekuensi dan/atau amplitudo osilator akibat dari
pembebanan tingkat selanjutnya. Biasanya penyangga terdiri dari 1 atau 2
tingkat penguat transistor yang dibias sebagai kelas A.
Jantung
dari pemancar siaran FM terletak pada exciter-nya. Fungsi dari exciter
adalah untuk membangkitkan dan memodulasikan gelombang pembawa dengan
satu atau lebih input (mono, stereo, SCA) sesuai dengan standar FCC.
Gelombang pembawa yang telah dimodulasi kemudian diperkuat oleh wideband
amplifier ke level yang dibutuhkan oleh tingkat berikutnya.
2.5 Booster
Penguat
daya lebih populer disebut Booster. Booster adalah alat yang dipasang
melekat pada pemancar radio dan dipergunakan untuk memperkuat daya
pancar frekuensi radio ke segala arah yang ingin dituju. Misalnya, untuk
pemancar berkekuatan 25 watt yang hanya melingkupi satu desa, Booster
dipergunakan agar daya pancar menjadi 50 hingga 100 watt sehingga bisa
melingkupi satu kecamatan. Booster umumnya berbentuk kotak kecil yang terkoneksi dengan kabel ke pemancar yang diperkuatnya.
Penguat
daya terbagi dua. Pertama, penguat daya yang memperkuat sinyal dalam
satu siklus penuh, kualitas sinyal paling baik dan harmonis. Kedua,
penguat daya yang hanya memperkuat sinyal input kurang dari setengah
siklusnya dan menghasilkan gelombang yang rusak dengan frekuensi sama.
2.6 Antena
Antena
berfungsi meradiasi dan sekaligus menangkap sinyal radiasi gelombang
radio. Antena dibedakan menjadi dua berdasarkan arah pancaran, yaitu
• Omnidirectional (segala arah). Antena ini meradiasikan gelombang radio yang sama kuat kesegala arah.
•
Bidirectional (dua arah). Antena ini meradiasikan gelombang radio yang
sama kuat ke hanya dua arah. Dua parameter yang perlu diperhatikan pada
antena adalah polarisasi dan penguatannya. Secara sederhana, sebuah
antena mempunyai polarisasi vertikal jika antenna tersebut diletakan
pada posisi tegak lurus terhadap bumi. Antena dengan polarisasi vertikal
akan menghasilkan gelombang radio dengan polarisasi vertikal juga.
Selain vertikal, ada pula antenna berpolarisasi horizontal, bila bidang
antena berposisi sejajar dengan bumi.
2.7 Saluran Transmisi
Saluran
transmisi adalah bagian pengantar daya yang dihasilkan pemancar ke
antena. Sebagai pengantar daya, saluran transmisi yang baik tidak akan
mengurangi daya yang diantarnya dan juga tidak meradiasi, karena
meradiasi adalah tugas antena. Agar transfer daya terjadi secara
maksimal, maka saluran transmisi juga harus mempunyai karakteristik
impendansi yang sama dangan sumber daya beban. Karakteristik impendansi
saluran transmisi yang umum adalah 300 W (kabel pita pada TV hitam
putih), 75 W (kabel coaxial pada TV berwarna) dan 50W(kabel coaxial pada
peralatan radio amatir).
Alat-alat tambahan yang di perlukan dalam merakit sebuah pemancar FM 12 watt,di antaranya adalah :
•Power Meter
Power
Meter adalah alat untuk mengukur daya gelombang. Pada saluran transmisi
yang tidak sepadan, selain gelombang datang mengalir pula gelombang
pantul. Gelombang dating arahnya dari sumber ke beban (dari pemancar ke
antena) sedangkan gelombang pantul dari arah yang sebaliknya (dari
antena ke pemancar). Biasanya pada Power Meter terdapat dua skala, satu
untuk daya datang dan satu lagi untuk daya pantul. Skala untuk daya pantul lebih kecil dari skala untuk daya datang.
•SWR Meter
SWR
Meter atau pengukur perbandingan gelombang tegak digunakan untuk
mengukur perbandingan gelombang datang dan gelombang pantul. Sehingga
diketahui seberapa sepadan sebuah sumber dengan beban. Prinsip kerja SWR
Meter didasari Power Meter. Jika pada suatu pengukuran hanya terdapat
Power Meter, maka SWR dapat dihitung dari daya datang (Pf ) dan
daya pantul (Pr) dengan rumus:
SWR = ( ÖPf + ÖPr ) (ÖPf - ÖPr ).
• Dari rumus tersebut, pada keadaan sepadan ( Pr = O) akan didapat SWR = 1.
• Untuk keadaan yang tidak sepadan akan didapatkan SWR > 1.
•
Untuk keadaan yang paling buruk di mana semua daya yang dating
dipantulkan kembali ( Pf =Pr ) akan didapatkan SWR = tak terhingga.
•Dummy Load
Agar
daya pancar siaran bisa maksimal tetapi efisien, diperlukan suatu beban
yang sudah diketahui impendansinya dengan pasti sebagai acuan yang
disebut Dummy Load. Dummy Load bebas dari pengaruh frekuensi dan dapat
menangani pembuangan daya pancar yang terlalu besar. Impendansi Dummy
Load biasanya 50 atau 75 Ohm. DummyLoad dapat dibuat sendiri dengan
memasang
secara paralel beberapa resistor sehingga diperoleh resistansi dan daya
yang diinginkan. Memparalelkan beberapa resistor memperkecil induktansi
liar dari resistor tersebut. Sebagai contoh, dapat dipakai resistor
karbon 300 Ohm/2 watt sebanyak 6 biji yang dihubungkan secara paralel
untuk mendapatkan Dummy Load dengan daya 12 watt dan impendansi 50 Ohm.
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT
3.1. Pendahuluan
Untuk
merencanakan dan membuat alat pemancar FM 12 Watt, perlu diketahui
terlebih dahulu mengenai blok diagram sistem, sistem kerja dari
rangkaian secara
keseluruhan, perhitungan-perhitunan dan perencanaan.
3.2. Blok Diagram Sistem dan Gambar Rangkaian Keseluruhan
Gambar di atas ini memperlihatkan blok diagram sistem dan gambar
rangkaian keseluruhan yang dibuat secara lengkap.
Gambar Diagram Blok Sistem Pemancar secara keseluruhan
Gambar Diagram Blok Pemancar FM3.2.1 Rangkaian Exciter
Gambar
Rangkaian ExciterRangkaian exciter terdiri dari osilator dan penyangga.
Pada Rangkaian Exciter ini menggunakan komponen-komponen dengan
spesifikasi sebagai berikut:
•Koker
•Induktor : L2 = 0.12 mikro Henry, L3 = 0.12 mikro Henry, L4 = 0.2 mikro Henry
•Transistor: C930
•Resistor : 5,6 K, 47 K , 33 K
•Capasitor : 2.2 nF, 100 nF, 18 pF, 20 pF, 5 pF
•Trimer : 5 – 60 pF
Exciter
adalah rangkaian yang menghasilkan osilasi, karena pada exciter
terdapat osilator yang berfungsi sebagai pembangkit gelombang sinus yang
nantinya akan dimodulasikan. Didalam sistem osilator juga terdapat
buffer (penyangga) yang berfungsi untuk menstabilkan frekuensi/ modulasi
osilator akibat proses pembebanan oleh penguat tingkat selanjutnya.
3.2.2 Rangkaian Booster (Penguat Daya)
Gambar Rangkaian Booster
Pada Rangkaian Booster ini menggunakan komponen-komponen dengan
spesifikasi sebagai berikut:
•Induktor
:L1 = 0.2 mikro Henry. L2 = 0.2 mikro Henry. L3 = 0.085 mikro Henry L4 =
0.04 mikro Henry. L5 = 0.1 mikro Henry. L6 = 0.2 mikro Henry L7 = 0.2
mikro Henry.
•Transistor 1970 : Vce 10 V
Ic 0.1 A
Β 10 – 180
•Trimer : 5 – 30 pF
Rangkaian
booster terdiri dari dua tingkat penguat transistor yang masing-masing
bekerja pada kelas C, masing-masing input dan output penguat transistor
ini diberi rangkaian penyesuai impedansi.
Penguatan tingkat
pertama memakai transistor C1970. Rangkaian Penguatan ini mempunyai
penguatan daya 9,2dB (8 kali), sehingga dari exciter berdaya 0,25 W
seharusnya bisa dihasilkan daya 2 W. Pada kenyataannya dari keluaran
penguatan tingkat pertama ini hanya menghasilkan daya 1,75 Watt, hal ini
disebabkan adanya kerugian dari rangkaian matching network.
Penguatan
tingkat kedua memakai transistor C1971. Rangkaian Penguat ini mempunyai
penguatan daya 10dB (10 kali). Sehingga daya dari tingkat pertama yang
1,75 W bisa diperkuat menjadi 17,5 W. Pada kenyataannya daya dari
penguatan tingkat kedua hanya mencapai 12,5 Watt. Hal ini disebabkan
adanya kerugian dari rangkaian matching network dan keterbatasan dari
transistor
C1971. Karena harga dari transistor C1971 relatif mahal maka yang
digunakan hanya transistor C1970. Oleh karena itu daya yang dihasilkan
oleh pemancar ini tidak mencapai 12 Watt. Karena panas yang dihasilkan
kedua transistor cukup besar maka kita memasang pendinginan yang cukup.
BAB IV
PENGUJIAN ALAT
4.1 Umum
Bab
ini membahas tentang pengujian dan analisis sistem yang telah dibuat.
Secara umum, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perangkat
yang telah direalisasikan dapat bekerja sesuai dengan spesifikasi
perencanaan yang telah ditetapkan. Adapun tujuan pengujian yang
dilakukan terhadap sistem adalah sebagai berikut:
•Mengetahui cara kerja rangkaian exciter
•Mengetahui cara kerja rangkaian booster
4.2 Pengujian RangkaianExciter
•Tujuan
Untuk
mengetahui apakah osilator dapat bekerja dengan baik dan mencapai
frekuensi yang di inginkan. Dan juga untuk mengetahui apakah buffer
sudah berjalan dengansemestinya.
•Peralatan yang digunakan
1. Koker
2. Induktor
3. Transistor
4. Resistor
5. Trimer
6. Dummy Load
7. Catu daya 5 volt
8. Multimeter
9. Frekuensi Counter
10. PCB
•Prosedur Pengujian
Diagram Blok Pengujian
1. Merangkai peralatan yang digunakan sesuai Gambar
2. Memberikan catu daya 12 volt pada rangkaian exciter
3. Mengaktifkan rangkaian exciter sampai di dapatkan daya yang paling besar
4. Menghitung tegangan pada TP 1, TP 2 dan, TP 3
5. Mengamati keluaran (pada V output)
•Hasil Pengujian
Hasil pengujian ditunjukkan dalam Tabel. berikut ini :
Hasil Pengujian Rangkaian Exciter
Test Point Hasil
1 0.6V
2 0.6V
3 11,75V
4.3 Pengujian rangkaian booster
•Tujuan
Untuk
mendapatkan daya yang lebih besar lagi dan juga meningkatkan jarak
jangkauan pancaran yang lebih jauh lagi hingga mencapai 7 kali lipat.
•Peralatan yang digunakan
1. Induktor
2. Transistor
3. Trimer
4. Dummy Load
5. Catu Daya 12 Volt
•Prosedur Pengujian
Gambar Diagram Blok Pengetesan Booster :
1. Merangkai peralatan yang digunakan sesuai Gambar
2. Menguji besar tegangan yang mampu diterima rangkaian
3. Mengamati keluaran
•Hasil Pengujian
Hasil pengujian ditunjukkan dalam Tabel. berikut ini :
Hasil Pengujian Rangkaian Booster
Test Point Hasil
4 11,75
5 11,75
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian maka dapat disimpulkan:
•Pada
rangkaian pemancar FM yang kami buat, daya yang dikeluarkan hanya 2
Watt karena transistor yang dipakai adalah C1970 yang hanya bisa
menaikkan daya 1 Watt
•Pemancar FM yang dibuat hanya bisa mencapai frekuensi 93 MHz
•Jarak yang dicapai tergantung dari daya yang dipancarkan oleh pemancar FM
Kamis, 12 Februari 2015
Minggu, 01 Februari 2015
MAKALAH OSCILOSKOP
OSILOSKOP
I. Latar Belakang
Osiloskop sinar katoda (cathode ray
oscilloscop, selanjutnya disebut CRO) adalah instrumen laboratorium yang sangat
bermanfaat dan terandalkan yang digunakan untuk pengukuran dan analisa
bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dalam rangkaian-rangkaian elektronik.
Pada dasarnya CRO adalah alat pembuat grafik atau gambar (plotter) X-Y yang
sangat cepat yang memperagakan sebuah sinyal masukan terhadap sinyal lain atau
terhadap waktu. Pena (“stylus”) plotter ini adalah sebuah bintik cahaya yang
bergerak melalui permukaan layar dalam memberi tanggapan terhadap
tegangan-tegangan masukan.
Dalam pemakaian CRO yang biasa,
sumbu X atau masukan horizontal adalah tegangan tanjak (ramp voltage) linear
yang dibangkitkan secara internal, atau basis waktu (time base) yang secara
periodik menggerakkan bintik cahaya dari kiri ke kanan melalui permukaan layar.
Tegangan yang akan diperiksa dimasukkan ke sumbu Y atau masukan vertical CRO,
menggerakkan bintik ke atas dan ke bawah sesuai dengan nilai sesaat tegangan
masukan. Selanjutnya bintik tersebut menghasilkan jejak berkas layar pada
gambar yang menunjukkan variasi tegangan masukan sebagai fungsi dari waktu.
Bila tegangan masukan berulang dengan laju yang cukup cepat, gambar akan
kelihatan sebagai sebuah pola yang diam pada layar. Dengan demikian CRO
melengkapi suatu cara pengamatan tegangan yang berubah terhadap waktu.
Di samping tegangan, CRO dapat
menyajikan gambaran visual dari berbagai fonemena dinamik melalui pemakaian
transducer yang mengubah arus, tekanan, regangan, temperatur, percepatan, dan
banyak besaran fisis lainnya menjadi tegangan.
CRO digunakan untuk menyelidiki
bentuk gelombang, peristiwa transien dan besaran lainnya yang berubah terhadap
waktu dari frekuensi yang sangat rendah ke frekuensi yang sangat tinggi.
Pencatatan kejadian ini dapat dilakukan oleh kamera khusus yang ditempelkan ke
CRO guna penafsiran kuantitatif.
Osiloskop sinar katoda dapat
digunakan untuk bermacam-macam pengukuran besaran fisika. Besaran listrik yang
dapat diukur dengan menggunakan alat itu antara lain tegangan searah, tegangan
bolak-balik, arus searah, arus bolak-balik, waktu, sudut fasa, frekuensi, dan
untuk bermacam kegiatan penilaian bentuk gelombang seperti waktu timbul dan
waktu turun. Banyak besaran nirlistrik seperti tekanan, gaya tarik, suhu, dan
kecepatan dapat diukur dengan menggunakan tranduser sebagai pengubah ke besaran
tegangan.
II.
DASAR
TEORI
A.
Pengertian
Osiloskop adalah alat ukur yang mana
dapat menunjukan kepada kita “bentuk” dari sinyal listrik dengan menunjukan
grafik dari tegangan terhadap waktu pada layarnya. Itu seperti layaknya
voltmeter dengan fungsi kemampuan lebih, penampilan tegangan berubah terhadap
waktu, sebuah graticule setiap 1 cm grid membuat kita dapat melakukan pengukuran
dari tegangan dan waktu pada layar (screen).[1]
Gambar Osiloskop[2]
Osiloskop terdiri dari dua bagian yaitu Display dan Panel
Control :
Display
Display menyerupai tampilan layar pada televisi. Display pada Oscilloscope berfungsi sebagai tempat tampilan sinyal uji. Pada Display Oscilloscope terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-kotak yang disebut dengan div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan.
Panel Control
Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar. Tombol-tombol pada panel osiloskop antara lain :
Display
Display menyerupai tampilan layar pada televisi. Display pada Oscilloscope berfungsi sebagai tempat tampilan sinyal uji. Pada Display Oscilloscope terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-kotak yang disebut dengan div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan.
Panel Control
Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar. Tombol-tombol pada panel osiloskop antara lain :
- Focus : Digunakan untuk mengatur fokus
- Intensity : Untuk mengatur kecerahan garis yang ditampilkan di layar
- Trace rotation : Mengatur kemiringan garis sumbu Y=0 di layar
- Volt/div : Mengatur berapa nilai tegangan yang diwakili oleh satu div di layar
- Time/div : Mengatur berapa nilai waktu yang diwakili oleh satu div di layar
- Position : Untuk mengatur posisi normal sumbu X (ketika sinyal masukannya nol)
- AC/DC : Mengatur fungsi kapasitor kopling di terminal masukan osiloskop. Jika tombol pada posisi AC maka pada terminal masukan diberi kapasitor kopling sehingga hanya melewatkan komponen AC dari sinyal masukan. Namun jika tombol diletakkan pada posisi DC maka sinyal akan terukur dengan komponen DC-nya dikutsertakan.
- Ground : Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layar.
- Channel 1/ 2 : Memilih saluran / kanal yang digunakan.
Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua
kanal (Dual Trace) yang bisa digunakan untuk melihat dua sinyal yang
berlainan, misalnya kanal satu dipasang untuk melihat sinyal masukan dan kanal
dua untuk melihat sinyal keluaran.
Lebih rinci perhatikan gambar panel kontrol Oscilloscope Dual Trace berikut :
Lebih rinci perhatikan gambar panel kontrol Oscilloscope Dual Trace berikut :
Keterangan
gambar panel kontrol Osilokop Dual Trace diatas :
1. VERTICAL INPUT : merupakan input terminal untuk channel-A/saluran A.
2. AC-GND-DC : Penghubung input vertikal untuk saluran A.
1. VERTICAL INPUT : merupakan input terminal untuk channel-A/saluran A.
2. AC-GND-DC : Penghubung input vertikal untuk saluran A.
- Jika tombol pada posisi AC, sinyal input yang mengandung komponen DC akan ditahan/di-blokir oleh sebuah kapasitor.
- Jika tombol pada posisi GND, terminal input akan terbuka, input yang bersumber dari penguatan internal di dalam Oscilloscope akan di-grounded.
- Jika tombol pada posisi DC, input terminal akan terhubung langsung dengan penguat yang ada di dalam Oscilloscope dan seluruh sinyal input akan ditampilkan pada layar monitor.
3.
MODE
- CH-A : tampilan bentuk gelombang channel-A/saluran A.
- CH-B : tampilan bentuk gelombang channel-B/saluran B.
- DUAL : pada batas ukur (range) antara 0,5 sec/DIV – 1 msec (milli second)/DIV, kedua frekuensi dari kedua saluran (CH-A dan CH-B) akan saling berpotongan pada frekuensi sekitar 200k Hz. Pada batas ukur (range) antara 0,5 msec/DIV – 0,2 µ sec/DIV saklar jangkauan ukur kedua saluran (channel/CH) dipakai bergantian.
- ADD : CH-A dan CH-B saling dijumlahkan. Dengan menekan tombol PULL INVERT akan diperoleh SUB MODE.
4.
VOLTS/DIV variabel untuk saluran (channel)/CH-A.
5. VOLTS/DIV pelemah vertikal (vertical attenuator) untuk saluran (channel)/CH-A.
5. VOLTS/DIV pelemah vertikal (vertical attenuator) untuk saluran (channel)/CH-A.
- Jika tombol “VARIABLE” diputar ke kanan (searah jarum jam), pada layar monitor akan tergambar tergambar tegangan per “DIV”. Pilihan per “DIV” tersedia dari 5 mV/DIV – 20V/DIV.
6.
Pengatur posisi vertikal untuk saluran (channel)/CH-A.
7. Pengatur posisi horisontal.
8. SWEEP TIME/DIV.
9. SWEEP TIME/DIV VARIABLE.
10. EXT.TRIG untuk men-trigger sinyal input dari luar.
11. CAL untuk kalibrasi tegangan pada 0,5 V p-p (peak to peak) atau tegangan dari puncak
ke puncak.
12. COMP.TEST saklar untuk merubah fungsi Oscilloscope sebagai penguji komponen
(component tester). Untuk menguji komponen, tombol SWEEP TIME/DIV di “set” pada
posisi CH-B untuk mode X-Y. tombol AC-GND-DC pada posisi GND.
13. TRIGGERING LEVEL.
14. LAMPU INDIKATOR.
15. SLOPE (+), (-) penyesuai polaritas slope (bentuk gelombang).
16. SYNC untuk mode pilihan posisi saklar pada; AC, HF REJ, dan TV.
17. GND terminal ground/arde/tanah.
18. SOURCE penyesuai pemilihan sinyal (syncronize signal selector). Jika tombol SOURCE pada
posisi :
7. Pengatur posisi horisontal.
8. SWEEP TIME/DIV.
9. SWEEP TIME/DIV VARIABLE.
10. EXT.TRIG untuk men-trigger sinyal input dari luar.
11. CAL untuk kalibrasi tegangan pada 0,5 V p-p (peak to peak) atau tegangan dari puncak
ke puncak.
12. COMP.TEST saklar untuk merubah fungsi Oscilloscope sebagai penguji komponen
(component tester). Untuk menguji komponen, tombol SWEEP TIME/DIV di “set” pada
posisi CH-B untuk mode X-Y. tombol AC-GND-DC pada posisi GND.
13. TRIGGERING LEVEL.
14. LAMPU INDIKATOR.
15. SLOPE (+), (-) penyesuai polaritas slope (bentuk gelombang).
16. SYNC untuk mode pilihan posisi saklar pada; AC, HF REJ, dan TV.
17. GND terminal ground/arde/tanah.
18. SOURCE penyesuai pemilihan sinyal (syncronize signal selector). Jika tombol SOURCE pada
posisi :
- INT : sinyal dari channel A (CH-A) dan channel B (CH-B) untuk keperluan pen-trigger-an/penyulutan saling dijumlahkan,
- CH-A : sinyal untuk pen-trigger-an hanya berasal dari CH-A,
- CH-B : sinyal untuk pen-trigger-an hanya berasal dari CH-B,
- AC : bentuk gelombang AC akan sesuai dengan sumber sinyal AC itu sendiri,
- EXT : sinyal yang masuk ke EXT TRIG dibelokkan/dibengkokkan disesuaikan dengan sumber sinyal.
19.
POWER ON-OFF.
20.
FOCUS digunakan untuk menghasilkan tampilan bentuk gelombang yang
optimal.
21. INTENSITY pengatur kecerahan tampilan bentuk gelombang agar mudah dilihat.
22. TRACE ROTATOR digunakan utuk memposisikan tampilan garis pada layar agar tetap
berada pada posisi horisontal. Sebuah obeng dibutuhkan untuk memutar trace rotator ini.
23. CH-B POSITION tombol pengatur untuk penggunaaan CH-B/channel (saluran) B.
24. VOLTS/DIV pelemah vertikal untuk CH-B
21. INTENSITY pengatur kecerahan tampilan bentuk gelombang agar mudah dilihat.
22. TRACE ROTATOR digunakan utuk memposisikan tampilan garis pada layar agar tetap
berada pada posisi horisontal. Sebuah obeng dibutuhkan untuk memutar trace rotator ini.
23. CH-B POSITION tombol pengatur untuk penggunaaan CH-B/channel (saluran) B.
24. VOLTS/DIV pelemah vertikal untuk CH-B
25.
VARIABLE.
26.
VERTICAL INPUT input vertikal untuk CH-B.
27.
AC-GND-DC untuk CH-B kegunaannya sama seperti penjelasan yang terdapat
pada
nomor 2.
nomor 2.
28.
COMPONET TEST IN terminal untuk komponen yang akan diuji.
III.
PROSEDUR KERJA
Langkah pertama yang harus kita lakukan yaitu pengkalibrasian.
Setelah anda mengkoneksikan osiloskop ke jaringan listrik PLN dan
menyalakannya, maka yang harus anda amati pada layar monitor yang tampak di
layar adalah harus garis lurus mendatar (jika tidak ada sinyal masukan).
Selanjutnya langkah kedua atur fokus, intensitas, kemiringan, x position, dan y position. Dengan mengatur posisi tersebut kita nantinya bisa mengamati hasil pengukuran dengan jelas dan akan memperoleh hasil pengukuran dengan teliti.
Langkah ketiga gunakan tegangan referensi yang terdapat di osiloskop maka kita bisa melakukan pengkalibrasian sederhana. Ada dua tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz.
Selanjutnya langkah kedua atur fokus, intensitas, kemiringan, x position, dan y position. Dengan mengatur posisi tersebut kita nantinya bisa mengamati hasil pengukuran dengan jelas dan akan memperoleh hasil pengukuran dengan teliti.
Langkah ketiga gunakan tegangan referensi yang terdapat di osiloskop maka kita bisa melakukan pengkalibrasian sederhana. Ada dua tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz.
Kalibrasi Oscilloscope
|
Langkah keempat tempelkan probe pada terminal tegangan acuan maka pada layar monitor akan muncul tegangan persegi.
- Apabila yang dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu kotak vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan dari puncak ke puncak sebanyak dua kotak dan untuk time/div 1 ms/div (satu kotak horizontal mewakili waktu 1 ms) harus terdapat satu gelombang untuk satu kotak.
- Apabila yang tampat pada layar belum tepat maka perlu diatur pada potensio tengah di knob Volt/div dan time/div. Atau pada potensio dengan label "var".
III.1
Prinsip Kerja Osiloskop
Prinsip kerja
osiloskop yaitu menggunakan layar katoda. Dalam osiloskop terdapat tabung
panjang yang disebut tabung sinar katode atau Cathode Ray Tube (CRT). Secara
prinsip kerjanya ada dua tipe osiloskop,yakni
tipe analog (ART-analog real time oscilloscope) dan tipe digital(DSO-digital
storage osciloscope),masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan. Para
insinyur, teknisi maupun praktisi yang bekerja di laboratorium perlu mencermati
karakter masing-masing agar dapat memilih dengan tepat osiloskop mana yang
sebaiknya digunakan dalam kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan rangkaian
elektronik yang sedang diperiksa atau diuji kinerjanya.
Osiloskop Analog
Osiloskop
analog pada prinsipnya memiliki keunggulan seperti; harganya relatif lebih
murah daripada osiloskop digital, sifatnya yang realtime dan pengaturannya yang
mudah dilakukan karena tidak ada tundaan antara gelombang yang sedang dilihat
dengan peragaan di layar, serta mampu meragakan bentuk yang lebih baik seperti
yang diharapkan untuk melihat gelombang-gelombang yang kompleks,misalnya sinyal
video di TV dan sinyal RF yang dimodulasi amplitudo. Keterbatasanya adalah
tidak dapat menangkap bagian gelombang sebelum terjadinya event picu serta
adanya kedipan (flicker) pada layar untuk gelombang yang frekuensinya
rendah(sekitar 10-20 Hz).
Penjelasan
untuk skema prinsip kerja osiloskop analog:
1.
Saat kita menghubungkan probe (kabel penghubung yang
ujungnya diberi penjepit) ke sebuah rangkaian, sinyal tegangan mengalir
dari probe menuju ke pengaturan vertikal dari sebuah sistem osiloskop (Vertical System), sebuah attenuator akan melemahkan sinyal
tegangan input sedangkan amplifier akan menguatkan sinyal
tegangan input. Pengaturan ini
ditentukan oleh kita saat menggerakkan kenop "Volt/Div" pada user interface Osiloskop.
2.
Tegangan yang keluar dari sistem
vertikal lalu diteruskan menuju pelat
defleksi vertikal pada sebuah CRT (Catode Ray Tube), sinyal tegangan yang dimasukkan ke pelat ini
nantinya akan digunakan oleh CRT untuk menggerakkan berkas-berkas elektron secara bidang vertikal saja (ke atas
atau ke bawah).
3.
Sampai point ini dapat disimpulkan bahwa sistem vertikal pada osiloskop analog
berfungsi untuk mengatur penampakan amplitudo
dari sinyal yang diamati.
4.
Selanjutnya sinyal masuk ke dalam
pelat defleksi vertikal. Sinyal tegangan yang teraplikasikan disini menyebabkan
berkas-berkas elektron bergerak. Tegangan positif mengakibatkan berkas elektron
bergerak ke atas, sedangkan tegangan negatif menyebabkan elektron terdorong ke
bawah.
5.
Sinyal yang keluar dari vertical system tadi juga diarahkan
ke trigger
system untuk memicu sweep generator dalam menciptakan apa yang disebut dengan "Horizontal Sweep"
yaitu pergerakan elektron secara sweep
- menyapu ke kiri dan ke kanan - dalam dimensi horizontal atau dengan kata lain
adalah sebuah ungkapan untuk aksi yang menyebabkan elektron untuk bergerak
sangat cepat menyeberangi layar dalam suatu interval waktu tertentu. Pergerakan
elektron yang sangat cepat (dapat mencapai 500,000 kali per detik) inilah yang
menyebabkan elektron tampak seperti garis pada layar (misalnya seperti daun
kipas pada kipas angin yang tampak seperti lingkaran saja saat berputar).
6.
Pengaturan berapa kali elektron
bergerak menyebrangi layar inilah yang dapat kita anggap sebagai pengaturan Periode/Frekuensi yang tampak pada
layar, bentuk konkretnya adalah saat kita menggerakkan kenop Time/Div pada
Osiloskop.
7.
Pengaturan bidang vertikal dan
horizontal secara bersama-sama akhirnya dapat mempresentasikan sinyal tegangan
yang diamati ke dalam bentuk grafik yang dapat kita lihat pada layar CRT.
Tahapan Penyetaraan (Kalibrasi) Osiloskop
Analog
1.
Sesuaikan
tegangan masukan sumber daya AC 220 yang ada di belakang osiloskop sebelum
kabel daya AC dimasukkan stop
kontak PLN.
2.
Nyalakan osiloskop dengan menekan
tombol power.
3.
Set saluran pada tombol CH1.
4.
Set mode pada Auto.
5.
Atur
intensitas, jangan terlalu terang pada tombol INTEN.
6.
Atur posisi berkas cahaya horizontal
dan vertikal dengan mengatur tombol yang bernama horizontal dan vertikal.
7.
Set level mode pada tengah-tengah (-) dan (+).
8.
Set tombol tegangan (volt/div)
bertanda V pada 2 V, sesuaikan dengan memperkirakan
terhadap tegangan masukan.
9.
Pasang probe pada salah satu saluran, (misal CH1) dengan tombol pengalih
AC/DC pada kedudukan AC.
10.
Atur saklar/switch pada pegangan probe dengan posisi pengali 1x.
11.
Tempelkan ujung
probe pada titik kalibrasi.
12.
Atur Time/Div
pada posisi 1 ms agar tampak
kotak-kotak garis yang cukup jelas.
13.
Setelah tahapan
11, osiloskop siap digunakan untuk mengukur tegangan.
IV. KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
KESIMPULAN.
1.
Secara umum fungsi dari osiloskop
adalah untuk menganalisa tingkaah laku besaran yang berubah-ubah terhadap waktu
yag ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal listrik yang sedang
kita amati.
2.
Terdapat beberapa jenis tegangan
gelombang yang terdapat padaa osiloskop yaitu gelombang sinusoida, gelombang
blok, gelombang gigi gergaji dan gelombang segitiga.
3.
Cara penggunaan osiloskop adalah
pertama pengkalibrasian kemudian menyetel fokus, intensitas, kemiringan, x
position dan y position, setelah probe dikalibrasi maka dengan menempelkan
probe ke terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar.
4.
Layar osiloskop terbagi atas 8 skala
besar arah vertikal dan 10 kotak dalam arah horizontal.
B.
SARAN.
1.
Sebaiknya sebelum kita menggunakan
osiloskop kita harus mengetahui cara penggunaanya.
2.
Apabila kita ingin menggunakannya
sebaiknya osiloskop harus distel atau di atur terlebih dahulu agar tidak
terjadi kesalahan fatal dalam penggunaanya.
3.
Mintalah bantuan pembimbing untuk
melakukan pratikum.
Kumpulan simbol komponen elektronika
SIMBOL | NAMA KOMPONEN | KETERANGAN |
---|---|---|
Simbol Sambungan | ||
Kabel/ Wire Listrik | Kabel penghubung (konduktor) | |
Koneksi kabel | Terhubung | |
Kabel tidak koneksi | Terputus (tidak terhubung) | |
Simbol Saklar (Switch) dan Simbol Relay | ||
Toggle Switch SPST | Terputus dalam kondisi open | |
Toggle Switch SPDT | Memilih dua terminal koneksi | |
Saklar Push-Button (NO) | Terhubung ketika ditekan | |
Saklar Push-Button (NC) | Terputus ketika ditekan | |
DIP Switch | Multiswitch(Saklar banyak) | |
Relay SPST | Koneksi (Open dan Close) digerakan oleh elektromagnetik. | |
Relay SPDT | ||
Jumper | Koneksi dengan pemasangan jumper | |
Solder Bridge | Koneksi dengan cara disolder | |
Simbol Ground | ||
Earth Ground | Referensi 0 sebuah sumber listrik | |
Chassis Ground | Ground yang dihubungkan pada body sebuah rangkaian listrik | |
Common/ Digital Ground | ||
Simbol Resistor | ||
Resistor | Resistor berfungsi untuk menahan arus yang mengalir dalam rangkaian listrik | |
Resistor | ||
Potensio Meter | Menahan arus dalam rangkaian listrik tetapi nilai resistansi dari 3 titik terminal dapat diatur | |
Potensio Meter | ||
Variable Resistor | Menahan arus dalam rangkaian listrik tetapi nilai resistansi dari 2 titik terminal dapat diatur | |
Variable Resistor | ||
Simbol Condensator (Kapasitor) | ||
Condensator Bipolar | Berfungsi untuk menyimpan arus listrik sementara waktu | |
Condensator Nonpolar | ||
Condensator Bipolar | Electrolytic Condensator (ELCO) | |
Kapasitor berpolar | Electrolytic Condensator (ELCO) | |
Kapasitor Variable | Condensator yang nilai kapasitansinya dapat diatur | |
Simbol Kumparan (Induktor) | ||
Induktor, lilitan, kumparan, spul, coil | Dapat menghasilkan medan magnet ketika dialiri arus listrik | |
Induktor dengan inti besi | Kumparan dengan inti besi seperi pada trafo | |
Variable Induktor | Lilitan yang nilai induktansinya dapat diatur | |
Simbol Power Supply | ||
Sumber tegangan DC | Menghasilkan tegangan searah tetap (konstan) | |
Sumber Arus | Menghasilkan sumber arus tetap | |
Sumber tegangan AC | Sumber teganga bolak-balik seperti dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) | |
Generator | Penghasil tegangan listrik bolah-balik seperti pembangkit listrik di PLN (Perusahaan Listrik Negara) | |
Battery | Menghasilkan tegangan searah tetap | |
Battery lebih dari satu Cell | Menghasilkan tegagan searah tetap | |
Sumber tegangan yang dapat diatur | Sumber tegangan yang berasal dari rangkaian listrik lain | |
Sumber arus yang dapat diatur | Sumber arus yang berasal dari rangkaian listrik lain | |
Simbol Meter (Alat Ukur) | ||
Volt Meter | Mengukur tegangan listrik dengan satuan Volt | |
Ampere Meter | Mengukur arus listrik dengan satuan Ampere | |
Ohm Meter | Mengukur resistansi dengan satuan Ohm | |
Watt Metter | Mengukur daya listrik dengan satuan Watt | |
Simbol Lampu | ||
Lampu | Akan menghasilkan cahaya ketika dialiri arus listrik | |
Lampu | ||
Lampu | ||
Simbol Dioda | ||
Dioda | Berfungsi sebagai penyearah yang dapat mengalirkan arus listrik satu arah (forward bias) | |
Dioda Zener | Penyetabil Tegangan DC (Searah) | |
Dioda Schottky | Dioda dengan drop tegangan rendah, biasanya terdapat dalam IC logika | |
Dioda Varactor | Gabungan Dioda dan Kapasitor | |
Dioda Tunnel | Dioda Tunnel | |
LED (Light Emitting Diode) | Akan menghasilkan cahaya ketika dialiri arus listrik DC satu arah | |
Photo Dioda | Menhasilkan arus listrik ketika mendapat cahaya | |
Simbol Transistor | ||
Transitor Bipolar NPN | Arus listrik akan mengalir (EC) ketika basis (B) diberi positif | |
Transistor Bipolar PNP | Arus listrik akan mengalir (CE) ketika basis (B) diberi negatif | |
Transitor Darlington | Gabungan dari dua transistor Bipolar untuk meningkatkan penguatan | |
Transistor JFET-N | Field Effect Transistor kanal N | |
Transistor JFET-P | Field Effect Transistor kanal P | |
Transistor NMOS | Transistor MOSFET kanal N | |
Transistor PMOS | Transistor MOSFET kanal P | |
Simbol Komponen Lain | ||
Motor | Motor Listrik | |
Trafo, Transformer, Transformator | Penurun dan penaik tegangan AC (Bolak Balik) | |
Bel Listrik | Berbunyi ketika dialiri arus listrik | |
Buzzer | Penghasil suara buzz saat dialiri arus listrik | |
Fuse, Sikring | Pengaman. Akan putus ketika melebihi kapasitas arus | |
Fuse, Sikring | ||
Bus | Terdiri dari banyak jalur data atau jalur address | |
Bus | ||
Bus | ||
Opto Coupler | Sebagi isolasi antar dua rangkaian yang berbeda. Dihubungkan oleh cahaya | |
Speaker | Mengubah signal listrik menjadi suara | |
Mic, Microphone | Mengubah signal suara menjadi arus listrik | |
Op-Amp, Operational Amplifier | Penguat signal input | |
Schmitt Trigger | Dapat mengurangi noise | |
ADC, Analog to Digital | Mengubah signal analog menjadi data digital | |
DAC, Digital to Analog | Mengubah data digital menjadi signal analog | |
Crystal, Ocsilator | Penghasil pulsa | |
Simbol Antenna | ||
Antenna | Pemancar dan penerima signa radio | |
Antenna | ||
Dipole Antenna | Gabungan dari simple Antenna | |
Simbol Gerbang Logika (Digital) | ||
NOT Gate | Output akan merupakan kebalikan input | |
AND Gate | Output akan 0 jika salah satu input 0 | |
NAND Gate | Output akan 1 jika salah satu input 0 | |
OR Gate | Output akan 1 jika salah satu input 1 | |
NOR Gate | Output akan0 jika salah satu input 1 | |
EX-OR Gate | Output akan 0 jika input sama | |
D-Flip-Flop | Dapat berfungsi sebagai penyimpad data | |
Multiplexer 2 to 1 | Menyeleksi salah satu data input yang akan dikirim ke output | |
Multiplexer 4 to 1 | ||
D-Multiplexer 1 to 4 | Menyeleksi data input untuk dikirim ke salah satu output |
Read more: http://www.inicaraku.com/daftar-kumpulan-simbol-listrik-dan-elektronika.html#ixzz3QUkTQ6he
Langganan:
Postingan (Atom)