Kamis, 12 Februari 2015

Cara Membuat Pemancar FM

  BAB I
  PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini, menuntut kami untuk membuat segala sesuatu secara sistematis dan efisien, karena waktu sangat berharga bagi kami, maka beberapa kemajuan teknologi telah diterapkan diberbagai bidang, diantaranya dunia pendidikan, sebab dari sinilah semua kemajuan teknologi itu dikembangkan.

 Banyak sekali teknologi yang cepat berkembang di negara kita saat ini. Dengan teknologi yang semakin berkembang dengan pesat inilah yang akan mempermudah dalam pekerjaan yang sistematis dan lebih efisien.

Berdasarkan kemajuan teknologi kami dan kawan-kawan membuat sesuatusistem yang berkaitan dengan matakuliah Elektronik, kami mengusulkan sama dosen untuk mengembangkan sebuah alat komonitas. Kita mendapat tugas kedua di semester empat, yaitu membuat Pemancar FM. Berangkat dari hobi merakit benda-benda elektronik, kami mencoba merangkai pemancar mini berdaya pendek yang bisa memancarkan sinyal kurang lebih 100 meter dengan power (daya) 5 watt. Ini sebuah rintisan yang kemudian menjadi 12 watt . Dengan daya 12 watt, siaran radio bisa menjangkau satu desa.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah yang ditangani dari tugas praktikum ini adalah membuat dan menganalisa kualitas suatu pemancar fm untuk mendapatkan data pada test point 1, test point 2, test point 3 dan frekuensi yang tepat seperti yang di inginkan.

Pemasalahan dari tugas praktikum ini dibatasi hanya untuk menganalisa kualitas sebuah pemancar dan mengambil data dari test point yang ada.

1.3 Batasan Masalah

Permasalahan yang harus diselesaikan pada tugas praktikum ini dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut :

1• Mengambil data dari frekuensi dan menghitung TP 1 sampai TP 3.
2• Menganalisa sebuah pemancar di dalam ruangan, berdasarkan data pengukuran serta membuat kesimpulan.

1.4 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas ini adalah :

1. Mahasiswa dapat merancang dan membuat rangkaian pada pemancar fm.
2. Pemancar FM 12 Watt yang dibuat dapat menjadi alat yang tepat guna dan dapat dipasarkan.

1.5 Metodologi

Dalam menyelesaikan tugas praktikum ini, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1• Mempelajari konsep tentang elektronika dasar dan mempelajari konsep tentang mekanisme modulasi FM.
2• Menganalisa dan menyimpulkan hasil percobaan, serta memberi saran bila tugas praktikum ini diaplikasikan ke sistem yang nyata.
3• Menyusun laporan tugas praktikum pada semester genap.

1.6 Sistematika Pembahasan

Buku laporan tugas praktikum ini terdiri dari 5 (lima) bab, pada masing-masing bab berkaitan satu sama lain, yaitu :

BAB 1 :
Memberikan latar belakang tentang permasalahan, tujuan, masalah dan batasan masalah yang dibahas dalam tugas praktium ini.
BAB 2 :
Memberikan dasar teori untuk menunjang penyelesaian masalah dalam tugas praktikum ini. Teori dasar yang diberikan meliputi : mekanisme alat yang di
gunakan dalam membuat pemancar FM
BAB 3 :
Perencanaan dan pembuatan alat serta cara kerja setiap blog diagram yang ada dalam pemancar FM
BAB 4:
Berisi tentang hasil perhitungan dan pengolahan data, serta analisa hasil
perhitungan.
BAB 5 :
Memberi kesimpulan tentang hasil yang telah diperoleh dan saran.

          BAB II
TEORI DASAR
2.1 Koker

(*_*).Bentuk Fisik[Photo]
Koker berfungsi untuk mengatur atau menentukan frekuensi pada pemancar radio. Didalam koker juga terdapat ferite yang berfungsi sebagai inti induktor selain itu juga terdapat lilitan induktor yang terdiri dari lilitan primer dan skunder. Cara kerja dari koker adalah memudahkan pencarian gelombang yang kosong. Apabila inti koker di putar ke kanan sampai maksimal maka frekuensi yang di hasilkan osilator makin rendah. Jika pemancar FM menyala, putar inti koker ke kiri sampai desis pada radio FM hilang maka akan didapatkan sinyal yang kuat dan stabil.

2.2 Induktor

(*_*).Bentuk Fisik
Lilitan dari kawat yang dililit dengan hitungan tertentu, dalam hal ini untuk menentukan nilai dari induktor biasanya digunakan Q meter. Induktor berfungsi sebagai penyesuai impedansi, sehingga keluaran dari impedansi dapat di rubah dan sesuai dengan yang di inginkan (match).

2.3 Transistor

Transistor mempunyai 2 sambungan, satu diantaranya adalah emitor dan lainnya basis dan kolektor. Karena inilah sebuah transistor sama seperti dua dioda. ransistor type C1970 biasanya digunakan untuk menaikkan tegangan 0.8 sampai 1 watt, kalau tidak salah didalam penelitian C1970 bisa menaikan sekitar 8 kali.

Pada transistor C1971 bisa digabungkan langsung dari rangkaian Exciter dan maka tegangan 6.5 sampai 7 watt atau bias menaikan sekitar 10 kali.

Jika di gabung C1970 dengan C1971 maka keluaran power sekitar 12 watt atau lebih. (semua itu akan dijelaskan di BAB III)
2.4 Exciter

Rangkaian exciter terdiri dari osilator dan penyangga.

•Osilator

Inti dari sebuah pemancar adalah osilator. Untuk dapat membangun sistem komunikasi yang baik harus dimulai dengan osilator yang dapat bekerja dengan sempurna. Pada system komunikasi, osilator menghasilkan gelombang sinus yang dipakai sebagai sinyal pembawa. Sinyal informasi kemudian ditumpangkan pada sinyal pembawa dengan proses modulasi.

•Penyangga (Buffer)

Semua jenis osilator membutuhkan penyangga. Penyangga berfungsi untuk menstabilkan frekuensi dan/atau amplitudo osilator akibat dari pembebanan tingkat selanjutnya. Biasanya penyangga terdiri dari 1 atau 2 tingkat penguat transistor yang dibias sebagai kelas A.

Jantung dari pemancar siaran FM terletak pada exciter-nya. Fungsi dari exciter adalah untuk membangkitkan dan memodulasikan gelombang pembawa dengan satu atau lebih input (mono, stereo, SCA) sesuai dengan standar FCC. Gelombang pembawa yang telah dimodulasi kemudian diperkuat oleh wideband amplifier ke level yang dibutuhkan oleh tingkat berikutnya.

2.5 Booster

Penguat daya lebih populer disebut Booster. Booster adalah alat yang dipasang melekat pada pemancar radio dan dipergunakan untuk memperkuat daya pancar frekuensi radio ke segala arah yang ingin dituju. Misalnya, untuk pemancar berkekuatan 25 watt yang hanya melingkupi satu desa, Booster dipergunakan agar daya pancar menjadi 50 hingga 100 watt sehingga bisa
melingkupi satu kecamatan. Booster umumnya berbentuk kotak kecil yang terkoneksi dengan kabel ke pemancar yang diperkuatnya.

Penguat daya terbagi dua. Pertama, penguat daya yang memperkuat sinyal dalam satu siklus penuh, kualitas sinyal paling baik dan harmonis. Kedua, penguat daya yang hanya memperkuat sinyal input kurang dari setengah siklusnya dan menghasilkan gelombang yang rusak dengan frekuensi sama.

2.6 Antena


Antena berfungsi meradiasi dan sekaligus menangkap sinyal radiasi gelombang radio. Antena dibedakan menjadi dua berdasarkan arah pancaran, yaitu

• Omnidirectional (segala arah). Antena ini meradiasikan gelombang radio yang sama kuat kesegala arah.

• Bidirectional (dua arah). Antena ini meradiasikan gelombang radio yang sama kuat ke hanya dua arah. Dua parameter yang perlu diperhatikan pada antena adalah polarisasi dan penguatannya. Secara sederhana, sebuah antena mempunyai polarisasi vertikal jika antenna tersebut diletakan pada posisi tegak lurus terhadap bumi. Antena dengan polarisasi vertikal akan menghasilkan gelombang radio dengan polarisasi vertikal juga. Selain vertikal, ada pula antenna berpolarisasi horizontal, bila bidang antena berposisi sejajar dengan bumi.

2.7 Saluran Transmisi

Saluran transmisi adalah bagian pengantar daya yang dihasilkan pemancar ke antena. Sebagai pengantar daya, saluran transmisi yang baik tidak akan mengurangi daya yang diantarnya dan juga tidak meradiasi, karena meradiasi adalah tugas antena. Agar transfer daya terjadi secara maksimal, maka saluran transmisi juga harus mempunyai karakteristik impendansi yang sama dangan sumber daya beban. Karakteristik impendansi saluran transmisi yang umum adalah 300 W (kabel pita pada TV hitam putih), 75 W (kabel coaxial pada TV berwarna) dan 50W(kabel coaxial pada peralatan radio amatir).

Alat-alat tambahan yang di perlukan dalam merakit sebuah pemancar FM 12 watt,di antaranya adalah :

•Power Meter

Power Meter adalah alat untuk mengukur daya gelombang. Pada saluran transmisi yang tidak sepadan, selain gelombang datang mengalir pula gelombang pantul. Gelombang dating arahnya dari sumber ke beban (dari pemancar ke antena) sedangkan gelombang pantul dari arah yang sebaliknya (dari antena ke pemancar). Biasanya pada Power Meter terdapat dua skala, satu
untuk daya datang dan satu lagi untuk daya pantul. Skala untuk daya pantul lebih kecil dari skala untuk daya datang.

•SWR Meter

SWR Meter atau pengukur perbandingan gelombang tegak digunakan untuk mengukur perbandingan gelombang datang dan gelombang pantul. Sehingga diketahui seberapa sepadan sebuah sumber dengan beban. Prinsip kerja SWR Meter didasari Power Meter. Jika pada suatu pengukuran hanya terdapat Power Meter, maka SWR dapat dihitung dari daya datang (Pf ) dan
daya pantul (Pr) dengan rumus:

SWR = ( ÖPf + ÖPr ) (ÖPf - ÖPr ).

• Dari rumus tersebut, pada keadaan sepadan ( Pr = O) akan didapat SWR = 1.
• Untuk keadaan yang tidak sepadan akan didapatkan SWR > 1.
• Untuk keadaan yang paling buruk di mana semua daya yang dating dipantulkan kembali ( Pf =Pr ) akan didapatkan SWR = tak terhingga.
 
•Dummy Load

Agar daya pancar siaran bisa maksimal tetapi efisien, diperlukan suatu beban yang sudah diketahui impendansinya dengan pasti sebagai acuan yang disebut Dummy Load. Dummy Load bebas dari pengaruh frekuensi dan dapat menangani pembuangan daya pancar yang terlalu besar. Impendansi Dummy Load biasanya 50 atau 75 Ohm. DummyLoad dapat dibuat sendiri dengan
memasang secara paralel beberapa resistor sehingga diperoleh resistansi dan daya yang diinginkan. Memparalelkan beberapa resistor memperkecil induktansi liar dari resistor tersebut. Sebagai contoh, dapat dipakai resistor karbon 300 Ohm/2 watt sebanyak 6 biji yang dihubungkan secara paralel untuk mendapatkan Dummy Load dengan daya 12 watt dan impendansi 50 Ohm.


                               BAB III
  PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT
3.1. Pendahuluan

Untuk merencanakan dan membuat alat pemancar FM 12 Watt, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai blok diagram sistem, sistem kerja dari rangkaian secara
keseluruhan, perhitungan-perhitunan dan perencanaan.

3.2. Blok Diagram Sistem dan Gambar Rangkaian Keseluruhan

Gambar di atas ini memperlihatkan blok diagram sistem dan gambar
rangkaian keseluruhan yang dibuat secara lengkap.

Gambar Diagram Blok Sistem Pemancar secara keseluruhan
 
Gambar Diagram Blok Pemancar FM3.2.1 Rangkaian Exciter
 
Gambar Rangkaian ExciterRangkaian exciter terdiri dari osilator dan penyangga. Pada Rangkaian Exciter ini menggunakan komponen-komponen dengan spesifikasi sebagai berikut:

•Koker
•Induktor : L2 = 0.12 mikro Henry, L3 = 0.12 mikro Henry, L4 = 0.2 mikro Henry
•Transistor: C930
•Resistor : 5,6 K, 47 K , 33 K
•Capasitor : 2.2 nF, 100 nF, 18 pF, 20 pF, 5 pF
•Trimer : 5 – 60 pF

Exciter adalah rangkaian yang menghasilkan osilasi, karena pada exciter terdapat osilator yang berfungsi sebagai pembangkit gelombang sinus yang nantinya akan dimodulasikan. Didalam sistem osilator juga terdapat buffer (penyangga) yang berfungsi untuk menstabilkan frekuensi/ modulasi osilator akibat proses pembebanan oleh penguat tingkat selanjutnya.

3.2.2 Rangkaian Booster (Penguat Daya)

Gambar Rangkaian Booster
Pada Rangkaian Booster ini menggunakan komponen-komponen dengan
spesifikasi sebagai berikut:



•Induktor :L1 = 0.2 mikro Henry. L2 = 0.2 mikro Henry. L3 = 0.085 mikro Henry L4 = 0.04 mikro Henry. L5 = 0.1 mikro Henry. L6 = 0.2 mikro Henry L7 = 0.2 mikro Henry.

•Transistor 1970 : Vce 10 V
Ic 0.1 A
Β 10 – 180

•Trimer : 5 – 30 pF

Rangkaian booster terdiri dari dua tingkat penguat transistor yang masing-masing bekerja pada kelas C, masing-masing input dan output penguat transistor ini diberi rangkaian penyesuai impedansi.

Penguatan tingkat pertama memakai transistor C1970. Rangkaian Penguatan ini mempunyai penguatan daya 9,2dB (8 kali), sehingga dari exciter berdaya 0,25 W seharusnya bisa dihasilkan daya 2 W. Pada kenyataannya dari keluaran penguatan tingkat pertama ini hanya menghasilkan daya 1,75 Watt, hal ini disebabkan adanya kerugian dari rangkaian matching network.

Penguatan tingkat kedua memakai transistor C1971. Rangkaian Penguat ini mempunyai penguatan daya 10dB (10 kali). Sehingga daya dari tingkat pertama yang 1,75 W bisa diperkuat menjadi 17,5 W. Pada kenyataannya daya dari penguatan tingkat kedua hanya mencapai 12,5 Watt. Hal ini disebabkan adanya kerugian dari rangkaian matching network dan keterbatasan dari
transistor C1971. Karena harga dari transistor C1971 relatif mahal maka yang digunakan hanya transistor C1970. Oleh karena itu daya yang dihasilkan oleh pemancar ini tidak mencapai 12 Watt. Karena panas yang dihasilkan kedua transistor cukup besar maka kita memasang pendinginan yang cukup.

           BAB IV
 PENGUJIAN ALAT
4.1 Umum

Bab ini membahas tentang pengujian dan analisis sistem yang telah dibuat. Secara umum, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perangkat yang telah direalisasikan dapat bekerja sesuai dengan spesifikasi perencanaan yang telah ditetapkan. Adapun tujuan pengujian yang dilakukan terhadap sistem adalah sebagai berikut:

•Mengetahui cara kerja rangkaian exciter
•Mengetahui cara kerja rangkaian booster

4.2 Pengujian RangkaianExciter

•Tujuan

Untuk mengetahui apakah osilator dapat bekerja dengan baik dan mencapai frekuensi yang di inginkan. Dan juga untuk mengetahui apakah buffer sudah berjalan dengansemestinya.

•Peralatan yang digunakan

1. Koker
2. Induktor
3. Transistor
4. Resistor
5. Trimer
6. Dummy Load
7. Catu daya 5 volt
8. Multimeter
9. Frekuensi Counter
10. PCB

•Prosedur Pengujian



Diagram Blok Pengujian
1. Merangkai peralatan yang digunakan sesuai Gambar
2. Memberikan catu daya 12 volt pada rangkaian exciter
3. Mengaktifkan rangkaian exciter sampai di dapatkan daya yang paling besar
4. Menghitung tegangan pada TP 1, TP 2 dan, TP 3
5. Mengamati keluaran (pada V output)



•Hasil Pengujian

Hasil pengujian ditunjukkan dalam Tabel. berikut ini :
Hasil Pengujian Rangkaian Exciter

Test Point Hasil
1 0.6V
2 0.6V
3 11,75V

4.3 Pengujian rangkaian booster

•Tujuan

Untuk mendapatkan daya yang lebih besar lagi dan juga meningkatkan jarak jangkauan pancaran yang lebih jauh lagi hingga mencapai 7 kali lipat.

•Peralatan yang digunakan

1. Induktor
2. Transistor
3. Trimer
4. Dummy Load
5. Catu Daya 12 Volt

•Prosedur Pengujian



Gambar Diagram Blok Pengetesan Booster :
1. Merangkai peralatan yang digunakan sesuai Gambar
2. Menguji besar tegangan yang mampu diterima rangkaian
3. Mengamati keluaran

•Hasil Pengujian

Hasil pengujian ditunjukkan dalam Tabel. berikut ini :
Hasil Pengujian Rangkaian Booster
Test Point Hasil
4 11,75
5 11,75

     BAB V
 PENUTUP
5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian maka dapat disimpulkan:

•Pada rangkaian pemancar FM yang kami buat, daya yang dikeluarkan hanya 2 Watt karena transistor yang dipakai adalah C1970 yang hanya bisa menaikkan daya 1 Watt
•Pemancar FM yang dibuat hanya bisa mencapai frekuensi 93 MHz
•Jarak yang dicapai tergantung dari daya yang dipancarkan oleh pemancar FM

Minggu, 01 Februari 2015

MAKALAH OSCILOSKOP

                          OSILOSKOP
I. Latar Belakang
            Osiloskop sinar katoda (cathode ray oscilloscop, selanjutnya disebut CRO) adalah instrumen laboratorium yang sangat bermanfaat dan terandalkan yang digunakan untuk pengukuran dan analisa bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dalam rangkaian-rangkaian elektronik. Pada dasarnya CRO adalah alat pembuat grafik atau gambar (plotter) X-Y yang sangat cepat yang memperagakan sebuah sinyal masukan terhadap sinyal lain atau terhadap waktu. Pena (“stylus”) plotter ini adalah sebuah bintik cahaya yang bergerak melalui permukaan layar dalam memberi tanggapan terhadap tegangan-tegangan masukan.
            Dalam pemakaian CRO yang biasa, sumbu X atau masukan horizontal adalah tegangan tanjak (ramp voltage) linear yang dibangkitkan secara internal, atau basis waktu (time base) yang secara periodik menggerakkan bintik cahaya dari kiri ke kanan melalui permukaan layar. Tegangan yang akan diperiksa dimasukkan ke sumbu Y atau masukan vertical CRO, menggerakkan bintik ke atas dan ke bawah sesuai dengan nilai sesaat tegangan masukan. Selanjutnya bintik tersebut menghasilkan jejak berkas layar pada gambar yang menunjukkan variasi tegangan masukan sebagai fungsi dari waktu. Bila tegangan masukan berulang dengan laju yang cukup cepat, gambar akan kelihatan sebagai sebuah pola yang diam pada layar. Dengan demikian CRO melengkapi suatu cara pengamatan tegangan yang berubah terhadap waktu.
            Di samping tegangan, CRO dapat menyajikan gambaran visual dari berbagai fonemena dinamik melalui pemakaian transducer yang mengubah arus, tekanan, regangan, temperatur, percepatan, dan banyak besaran fisis lainnya menjadi tegangan.
            CRO digunakan untuk menyelidiki bentuk gelombang, peristiwa transien dan besaran lainnya yang berubah terhadap waktu dari frekuensi yang sangat rendah ke frekuensi yang sangat tinggi. Pencatatan kejadian ini dapat dilakukan oleh kamera khusus yang ditempelkan ke CRO guna penafsiran kuantitatif.
            Osiloskop sinar katoda dapat digunakan untuk bermacam-macam pengukuran besaran fisika. Besaran listrik yang dapat diukur dengan menggunakan alat itu antara lain tegangan searah, tegangan bolak-balik, arus searah, arus bolak-balik, waktu, sudut fasa, frekuensi, dan untuk bermacam kegiatan penilaian bentuk gelombang seperti waktu timbul dan waktu turun. Banyak besaran nirlistrik seperti tekanan, gaya tarik, suhu, dan kecepatan dapat diukur dengan menggunakan tranduser sebagai pengubah ke besaran tegangan.
II.        DASAR TEORI
A.    Pengertian
Osiloskop adalah alat ukur yang mana dapat menunjukan kepada kita “bentuk” dari sinyal listrik dengan menunjukan grafik dari tegangan terhadap waktu pada layarnya. Itu seperti layaknya voltmeter dengan fungsi kemampuan lebih, penampilan tegangan berubah terhadap waktu, sebuah graticule setiap 1 cm grid membuat kita dapat melakukan pengukuran dari tegangan dan waktu pada layar (screen).[1]
Gambar Osiloskop[2]
Osiloskop terdiri dari dua bagian yaitu Display dan Panel Control :

Display 
Display  menyerupai tampilan layar pada televisi. Display pada Oscilloscope berfungsi sebagai tempat tampilan sinyal uji. Pada Display Oscilloscope terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-kotak yang disebut dengan div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan.

Panel Control
Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar. Tombol-tombol pada panel osiloskop antara lain :
  • Focus : Digunakan untuk mengatur fokus 
  • Intensity : Untuk mengatur kecerahan garis yang ditampilkan di layar
  • Trace rotation : Mengatur kemiringan garis sumbu Y=0 di layar
  • Volt/div : Mengatur berapa nilai tegangan yang diwakili oleh satu div di layar
  • Time/div : Mengatur berapa nilai waktu yang diwakili oleh satu div di layar
  • Position : Untuk mengatur posisi normal sumbu X (ketika sinyal masukannya nol)
  • AC/DC : Mengatur fungsi kapasitor kopling di terminal masukan osiloskop. Jika tombol pada posisi AC maka pada terminal masukan diberi kapasitor kopling sehingga hanya melewatkan komponen AC dari sinyal masukan. Namun jika tombol diletakkan pada posisi DC maka sinyal akan terukur dengan komponen DC-nya dikutsertakan.
  • Ground : Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layar.
  • Channel 1/ 2 : Memilih saluran / kanal yang digunakan.
Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal (Dual Trace) yang bisa digunakan untuk melihat dua sinyal yang berlainan, misalnya kanal satu dipasang untuk melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran.

Lebih rinci perhatikan gambar panel kontrol Oscilloscope Dual Trace berikut :
Oscilloscope dan Penggunaannya
Panel kontrol Oscilloscope
Keterangan gambar panel kontrol Osilokop Dual Trace diatas :
1.    VERTICAL INPUT : merupakan input terminal untuk channel-A/saluran A.
2.    AC-GND-DC : Penghubung input vertikal untuk saluran A.
  • Jika tombol pada posisi AC, sinyal input yang mengandung komponen DC akan    ditahan/di-blokir oleh sebuah kapasitor. 
  • Jika tombol pada posisi GND, terminal input akan terbuka, input yang bersumber dari penguatan internal di dalam Oscilloscope akan di-grounded. 
  • Jika tombol pada posisi DC, input terminal akan terhubung langsung dengan penguat yang ada di dalam Oscilloscope dan seluruh sinyal input akan ditampilkan pada layar monitor.
3.    MODE
  • CH-A :  tampilan bentuk gelombang channel-A/saluran A.
  • CH-B :  tampilan bentuk gelombang channel-B/saluran B.
  • DUAL : pada batas ukur (range) antara 0,5 sec/DIV – 1 msec (milli second)/DIV, kedua frekuensi dari kedua saluran (CH-A dan CH-B) akan saling berpotongan pada frekuensi sekitar 200k Hz. Pada batas ukur (range) antara 0,5 msec/DIV – 0,2 µ sec/DIV saklar jangkauan ukur kedua saluran (channel/CH) dipakai bergantian.
  • ADD : CH-A dan CH-B saling dijumlahkan. Dengan menekan tombol PULL INVERT akan diperoleh SUB MODE.
4.    VOLTS/DIV variabel untuk saluran (channel)/CH-A.
5.    VOLTS/DIV pelemah vertikal (vertical attenuator) untuk saluran (channel)/CH-A.
  • Jika tombol “VARIABLE” diputar ke kanan (searah jarum jam), pada layar monitor akan tergambar tergambar tegangan per “DIV”. Pilihan per “DIV” tersedia dari 5 mV/DIV – 20V/DIV.
6.    Pengatur posisi vertikal untuk saluran (channel)/CH-A.
7.    Pengatur posisi horisontal.
8.    SWEEP TIME/DIV.
9.    SWEEP TIME/DIV VARIABLE.
10.    EXT.TRIG untuk men-trigger sinyal input dari luar.
11.    CAL untuk kalibrasi tegangan pada 0,5 V p-p (peak to peak) atau tegangan dari puncak
         ke puncak.
12.    COMP.TEST saklar untuk merubah fungsi Oscilloscope sebagai penguji komponen
         (component tester). Untuk menguji komponen, tombol SWEEP TIME/DIV di “set” pada
         posisi CH-B untuk mode X-Y. tombol AC-GND-DC pada posisi GND.
13.    TRIGGERING LEVEL.
14.    LAMPU INDIKATOR.
15.    SLOPE (+), (-) penyesuai polaritas slope (bentuk gelombang).
16.    SYNC untuk mode pilihan posisi saklar pada; AC, HF REJ, dan TV.
17.    GND terminal ground/arde/tanah.
18.    SOURCE penyesuai pemilihan sinyal (syncronize signal selector). Jika tombol SOURCE pada
         posisi :
  • INT : sinyal dari channel A (CH-A) dan channel B (CH-B) untuk keperluan pen-trigger-an/penyulutan saling dijumlahkan,
  • CH-A : sinyal untuk pen-trigger-an hanya berasal dari CH-A,
  • CH-B : sinyal untuk pen-trigger-an hanya berasal dari CH-B,
  • AC   : bentuk gelombang AC akan sesuai dengan sumber sinyal AC itu sendiri,
  • EXT : sinyal yang masuk ke EXT TRIG dibelokkan/dibengkokkan disesuaikan dengan sumber sinyal.
      19.    POWER ON-OFF.
      20.    FOCUS digunakan untuk menghasilkan tampilan bentuk gelombang yang optimal.
21.    INTENSITY pengatur kecerahan tampilan bentuk gelombang agar mudah dilihat.
22.    TRACE ROTATOR digunakan utuk memposisikan tampilan garis pada layar agar tetap
         berada pada posisi horisontal. Sebuah obeng dibutuhkan untuk memutar trace rotator ini.
23.    CH-B POSITION tombol pengatur untuk penggunaaan CH-B/channel (saluran) B.
24.   VOLTS/DIV pelemah vertikal untuk CH-B
      25.    VARIABLE.
      26.    VERTICAL INPUT input vertikal untuk CH-B.
      27.    AC-GND-DC untuk CH-B kegunaannya sama seperti penjelasan yang terdapat pada
         nomor 2.
      28.    COMPONET TEST IN terminal untuk komponen yang akan diuji.
III. PROSEDUR KERJA
Langkah pertama yang harus kita lakukan yaitu pengkalibrasian. Setelah anda mengkoneksikan osiloskop ke jaringan listrik PLN dan menyalakannya, maka yang harus anda amati pada layar monitor yang tampak di layar adalah harus garis lurus mendatar (jika tidak ada sinyal masukan).

Selanjutnya langkah kedua atur fokus, intensitas, kemiringan, x position, dan y position. Dengan mengatur posisi tersebut kita nantinya bisa mengamati hasil pengukuran dengan jelas dan akan memperoleh hasil pengukuran dengan teliti.

Langkah ketiga gunakan tegangan referensi yang terdapat di osiloskop maka kita bisa melakukan pengkalibrasian sederhana. Ada dua tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz.
Cara Mengukur Dengan Menggunakan Osiloskop
Kalibrasi Oscilloscope

Langkah keempat
tempelkan probe pada terminal tegangan acuan maka pada layar monitor akan muncul tegangan persegi.
  • Apabila yang dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu kotak vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan dari puncak ke puncak sebanyak dua kotak dan untuk time/div 1 ms/div (satu kotak horizontal mewakili waktu 1 ms) harus terdapat satu gelombang untuk satu kotak. 
  • Apabila yang tampat pada layar belum tepat maka perlu diatur pada potensio tengah di knob Volt/div dan time/div. Atau pada potensio dengan label "var".
III.1 Prinsip Kerja Osiloskop
            Prinsip kerja osiloskop yaitu menggunakan layar katoda. Dalam osiloskop terdapat tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atau Cathode Ray Tube (CRT). Secara prinsip kerjanya ada  dua tipe osiloskop,yakni tipe analog (ART-analog real time oscilloscope) dan tipe digital(DSO-digital storage osciloscope),masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan. Para insinyur, teknisi maupun praktisi yang bekerja di laboratorium perlu mencermati karakter masing-masing agar dapat memilih dengan tepat osiloskop mana yang sebaiknya digunakan dalam kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan rangkaian elektronik yang sedang diperiksa atau diuji kinerjanya.
              Osiloskop Analog
            Osiloskop analog pada prinsipnya memiliki keunggulan seperti; harganya relatif lebih murah daripada osiloskop digital, sifatnya yang realtime dan pengaturannya yang mudah dilakukan karena tidak ada tundaan antara gelombang yang sedang dilihat dengan peragaan di layar, serta mampu meragakan bentuk yang lebih baik seperti yang diharapkan untuk melihat gelombang-gelombang yang kompleks,misalnya sinyal video di TV dan sinyal RF yang dimodulasi amplitudo. Keterbatasanya adalah tidak dapat menangkap bagian gelombang sebelum terjadinya event picu serta adanya kedipan (flicker) pada layar untuk gelombang yang frekuensinya rendah(sekitar 10-20 Hz).
            Penjelasan untuk skema prinsip kerja osiloskop analog:
1.      Saat kita menghubungkan probe (kabel penghubung yang ujungnya diberi penjepit) ke sebuah rangkaian, sinyal tegangan mengalir dari probe menuju ke pengaturan vertikal dari sebuah sistem osiloskop (Vertical System), sebuah attenuator akan melemahkan sinyal tegangan input sedangkan amplifier akan menguatkan sinyal tegangan input. Pengaturan ini ditentukan oleh kita saat menggerakkan kenop "Volt/Div" pada user interface Osiloskop.
2.      Tegangan yang keluar dari sistem vertikal lalu diteruskan menuju pelat defleksi vertikal pada sebuah CRT (Catode Ray Tube), sinyal tegangan yang dimasukkan ke pelat ini nantinya akan digunakan oleh CRT untuk menggerakkan berkas-berkas elektron secara bidang vertikal saja (ke atas atau ke bawah).
3.      Sampai point ini dapat disimpulkan bahwa sistem vertikal pada osiloskop analog berfungsi untuk mengatur penampakan amplitudo dari sinyal yang diamati.
4.      Selanjutnya sinyal masuk ke dalam pelat defleksi vertikal. Sinyal tegangan yang teraplikasikan disini menyebabkan berkas-berkas elektron bergerak. Tegangan positif mengakibatkan berkas elektron bergerak ke atas, sedangkan tegangan negatif menyebabkan elektron terdorong ke bawah.
5.      Sinyal yang keluar dari vertical system tadi juga diarahkan ke trigger system untuk memicu sweep generator dalam menciptakan apa yang disebut dengan "Horizontal Sweep" yaitu pergerakan elektron secara sweep - menyapu ke kiri dan ke kanan - dalam dimensi horizontal atau dengan kata lain adalah sebuah ungkapan untuk aksi yang menyebabkan elektron untuk bergerak sangat cepat menyeberangi layar dalam suatu interval waktu tertentu. Pergerakan elektron yang sangat cepat (dapat mencapai 500,000 kali per detik) inilah yang menyebabkan elektron tampak seperti garis pada layar (misalnya seperti daun kipas pada kipas angin yang tampak seperti lingkaran saja saat berputar).
6.      Pengaturan berapa kali elektron bergerak menyebrangi layar inilah yang dapat kita anggap sebagai pengaturan Periode/Frekuensi yang tampak pada layar, bentuk konkretnya adalah saat kita menggerakkan kenop Time/Div pada Osiloskop.
7.      Pengaturan bidang vertikal dan horizontal secara bersama-sama akhirnya dapat mempresentasikan sinyal tegangan yang diamati ke dalam bentuk grafik yang dapat kita lihat pada layar CRT.
Tahapan Penyetaraan (Kalibrasi) Osiloskop Analog
1.      Sesuaikan tegangan masukan sumber daya AC 220 yang ada di belakang osiloskop sebelum kabel daya AC dimasukkan stop kontak PLN.
2.      Nyalakan osiloskop dengan menekan tombol power.
3.      Set saluran pada tombol CH1.
4.      Set mode pada Auto.
5.      Atur intensitas, jangan terlalu terang pada tombol INTEN.
6.      Atur posisi berkas cahaya horizontal dan vertikal dengan mengatur tombol yang bernama horizontal dan vertikal.
7.      Set level mode pada tengah-tengah (-) dan (+).
8.      Set tombol tegangan (volt/div) bertanda V pada 2 V, sesuaikan dengan memperkirakan terhadap tegangan masukan.
9.      Pasang probe pada salah satu saluran, (misal CH1) dengan tombol pengalih AC/DC pada kedudukan AC.
10.  Atur saklar/switch pada pegangan probe dengan posisi pengali 1x.
11.  Tempelkan ujung probe pada titik kalibrasi.
12.  Atur Time/Div pada posisi 1 ms agar tampak kotak-kotak garis yang cukup jelas.
13.  Setelah tahapan 11, osiloskop siap digunakan untuk mengukur tegangan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A.    KESIMPULAN.
1.      Secara umum fungsi dari osiloskop adalah untuk menganalisa tingkaah laku besaran yang berubah-ubah terhadap waktu yag ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal listrik yang sedang kita amati.
2.      Terdapat beberapa jenis tegangan gelombang yang terdapat padaa osiloskop yaitu gelombang sinusoida, gelombang blok, gelombang gigi gergaji dan gelombang segitiga.
3.      Cara penggunaan osiloskop adalah pertama pengkalibrasian kemudian menyetel fokus, intensitas, kemiringan, x position dan y position, setelah probe dikalibrasi maka dengan menempelkan probe ke terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar.
4.      Layar osiloskop terbagi atas 8 skala besar arah vertikal dan 10 kotak dalam arah horizontal.
B.     SARAN.
1.      Sebaiknya sebelum kita menggunakan osiloskop kita harus mengetahui cara penggunaanya.
2.      Apabila kita ingin menggunakannya sebaiknya osiloskop harus distel atau di atur terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam penggunaanya.
3.      Mintalah bantuan pembimbing untuk melakukan pratikum.

Kumpulan simbol komponen elektronika

SIMBOL NAMA KOMPONEN KETERANGAN
Simbol Sambungan
Simbol Kabel Kabel/ Wire Listrik Kabel penghubung (konduktor)
Simbol Kabel Terhubung Koneksi kabel Terhubung
Simbol Kabel Tak terhubung Kabel tidak koneksi Terputus (tidak terhubung)
Simbol Saklar (Switch) dan Simbol Relay
Simbol Saklar Toggle Switch SPST Terputus dalam kondisi open
Simbol Saklar Toggle Switch SPDT Memilih dua terminal koneksi
Simbol Saklar Saklar Push-Button (NO) Terhubung ketika ditekan
Simbol Saklar Saklar Push-Button (NC) Terputus ketika ditekan
Simbol Saklar DIP Switch Multiswitch(Saklar banyak)
Simbol Saklar Relay SPST Koneksi (Open dan Close) digerakan oleh elektromagnetik.
Simbol Saklar Relay SPDT
Simbol Saklar Jumper Koneksi dengan pemasangan jumper
Simbol Saklar Solder Bridge Koneksi dengan cara disolder
Simbol Ground
Simbol Ground Earth Ground Referensi 0 sebuah sumber listrik
Simbol Ground Chassis Ground Ground yang dihubungkan pada body sebuah rangkaian listrik
Simbol Ground Common/ Digital Ground
Simbol Resistor
Simbol Resistor Resistor Resistor berfungsi untuk menahan arus yang mengalir dalam rangkaian listrik
Simbol Resistor Resistor
Simbol Potensio Potensio Meter Menahan arus dalam rangkaian listrik tetapi nilai resistansi dari 3 titik terminal dapat diatur
Simbol Potensio Potensio Meter
Simbol Variable Resistor Variable Resistor Menahan arus dalam rangkaian listrik tetapi nilai resistansi dari 2 titik terminal dapat diatur
Simbol Variable Resistor Variable Resistor
Simbol Condensator (Kapasitor)
Simbol Condensator Condensator Bipolar Berfungsi untuk menyimpan arus listrik sementara waktu
Simbol Condensator Condensator Nonpolar
Simbol Condensator Condensator Bipolar Electrolytic Condensator (ELCO)
Simbol Condensator Kapasitor berpolar Electrolytic Condensator (ELCO)
Simbol Condensator Kapasitor Variable Condensator yang nilai kapasitansinya dapat diatur
Simbol Kumparan (Induktor)
Simbol Lilitan Induktor, lilitan, kumparan, spul, coil Dapat menghasilkan medan magnet ketika dialiri arus listrik
Simbol Lilitan Induktor dengan inti besi Kumparan dengan inti besi seperi pada trafo
Simbol Lilitan Variable Induktor Lilitan yang nilai induktansinya dapat diatur
Simbol Power Supply
Simbol Power Supply Sumber tegangan DC Menghasilkan tegangan searah tetap (konstan)
Simbol Power Supply Sumber Arus Menghasilkan sumber arus tetap
Simbol Power Supply Sumber tegangan AC Sumber teganga bolak-balik seperti dari PLN (Perusahaan Listrik Negara)
Simbol Power Supply Generator Penghasil tegangan listrik bolah-balik seperti pembangkit listrik di PLN (Perusahaan Listrik Negara)
Simbol Battery Battery Menghasilkan tegangan searah tetap
Simbol Battery Battery lebih dari satu Cell Menghasilkan tegagan searah tetap
Simbol Regulator Sumber tegangan yang dapat diatur Sumber tegangan yang berasal dari rangkaian listrik lain
Simbol Regulator Sumber arus yang dapat diatur Sumber arus yang berasal dari rangkaian listrik lain
Simbol Meter (Alat Ukur)
Simbol Volt Meter Volt Meter Mengukur tegangan listrik dengan satuan Volt
Simbol Ampere Meter Ampere Meter Mengukur arus listrik dengan satuan Ampere
Simbol Ohm Meter Ohm Meter Mengukur resistansi dengan satuan Ohm
Simbol Watt Meter Watt Metter Mengukur daya listrik dengan satuan Watt
Simbol Lampu
Simbol Lampu Lampu Akan menghasilkan cahaya ketika dialiri arus listrik
Simbol Lampu Lampu
Simbol Lampu Lampu
Simbol Dioda
Simbol Dioda Dioda Berfungsi sebagai penyearah yang dapat mengalirkan arus listrik satu arah (forward bias)
Simbol Dioda Zener Dioda Zener Penyetabil Tegangan DC (Searah)
Simbol Dioda Schottky Dioda Schottky Dioda dengan drop tegangan rendah, biasanya terdapat dalam IC logika
Simbol Dioda Varactor Dioda Varactor Gabungan Dioda dan Kapasitor
Simbol Dioda Tunnel Dioda Tunnel Dioda Tunnel
Simbol LED LED (Light Emitting Diode) Akan menghasilkan cahaya ketika dialiri arus listrik DC satu arah
Simbol Photo Dioda Photo Dioda Menhasilkan arus listrik ketika mendapat cahaya
Simbol Transistor
Simbol Transistor NPN Transitor Bipolar NPN Arus listrik akan mengalir (EC) ketika basis (B) diberi positif
Simbol Transistor PNP Transistor Bipolar PNP Arus listrik akan mengalir (CE) ketika basis (B) diberi negatif
Simbol Transistor Darlington Transitor Darlington Gabungan dari dua transistor Bipolar untuk meningkatkan penguatan
Simbol Transistor JFET N Transistor JFET-N Field Effect Transistor kanal N
Simbol Transistor JFET P Transistor JFET-P Field Effect Transistor kanal P
Simbol Transistor NMOS Transistor NMOS Transistor MOSFET kanal N
Simbol Transistor PMOS Transistor PMOS Transistor MOSFET kanal P
Simbol Komponen Lain
Simbol Motor Listrik Motor Motor Listrik
Simbol Trafo Trafo, Transformer, Transformator Penurun dan penaik tegangan AC (Bolak Balik)
Simbol Bel Listrik Bel Listrik Berbunyi ketika dialiri arus listrik
Simbol Buzzer Buzzer Penghasil suara buzz saat dialiri arus listrik
Fuse, Sikring Pengaman. Akan putus ketika melebihi kapasitas arus
Simbol Sikring Fuse, Sikring
Simbol Bus Bus Terdiri dari banyak jalur data atau jalur address
Simbol Bus Bus
Simbol Bus Bus
Simbol Opto Coupler Opto Coupler Sebagi isolasi antar dua rangkaian yang berbeda. Dihubungkan oleh cahaya
Simbol Speaker Speaker Mengubah signal listrik menjadi suara
Simbol Mic Mic, Microphone Mengubah signal suara menjadi arus listrik
Simbol Op-Amp Op-Amp, Operational Amplifier Penguat signal input
Simbol Schmitt Trigger Schmitt Trigger Dapat mengurangi noise
Simbol ADC ADC, Analog to Digital Mengubah signal analog menjadi data digital
Simbol DAC DAC, Digital to Analog Mengubah data digital menjadi signal analog
Simbol Oscillator Crystal, Ocsilator Penghasil pulsa
Simbol Antenna
Simbol Antenna Antenna Pemancar dan penerima signa radio
Simbol Antenna Antenna
Simbol Antenna Dipole Antenna Gabungan dari simple Antenna
Simbol Gerbang Logika (Digital)
Simbol Gerbang NOT NOT Gate Output akan merupakan kebalikan input
Simbol Gerbang AND AND Gate Output akan 0 jika salah satu input 0
Simbol Gerbang NAND NAND Gate Output akan 1 jika salah satu input 0
Simbol Gerbang OR OR Gate Output akan 1 jika salah satu input 1
Simbol Gerbang NOR NOR Gate Output akan0 jika salah satu input 1
Simbol Gerbang EX-OR EX-OR Gate Output akan 0 jika input sama
SImbol D-Flip-Flop D-Flip-Flop Dapat berfungsi sebagai penyimpad data
Simbol Multiplexer Multiplexer 2 to 1 Menyeleksi salah satu data input yang akan dikirim ke output
Simbol Multiplexer Multiplexer 4 to 1
Simbol D-Multiplexer D-Multiplexer 1 to 4 Menyeleksi data input untuk dikirim ke salah satu output

Read more: http://www.inicaraku.com/daftar-kumpulan-simbol-listrik-dan-elektronika.html#ixzz3QUkTQ6he