KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillahirabbil’alamin
segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam
disampaikan kepada Rasullullah SAW atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Dra. Lindawati, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
ilmu pengetahuan, pengarahan dan saran-saran dalam menyempurnakan penulisan
makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
mahasiswa Elektronika khususnya dan para pembaca umum. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
peralatan elektronika yang komplek, kita akan menemukan komponen-komponen
elektronika seperti tahanan, kondensator, transformator, dioda, transistor dan
komponen lainnya.
Setiap
mahasiswa Program Studi Elektronika dituntut untuk dapat mengenal, memahami
serta dapat mengukur dan menghitung nilai dari komponen-komponen elektronika tersebut
sebelum merakitnya kedalam bentuk suatu rangkaian.
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan dengan rekan-rekan mahasiswa Politeknik Negeri
Sriwijaya khusunya kelas 1 Elektronika B, kebanyakan mahasiwa ini adalah
tamatan dari Sekolah Menengah Atas (SMA) yang belum memiliki pengetahuan dasar
mengenai cara mengukur dan menghitung nilai komponen elektronika.
Apabila
mahasiswa tidak dapat mengukur dan menghitung nilai dari komponen elektronika
maka mahasiswa itu akan kesulitan dalam menerima mata kuliah selanjutnya, karena
banyak mata kuliah di Program Studi Elektronika yang bersangkutan dengan
komponen elektronika. Dan akan sulit juga bagi mahasiswa tersebut untuk dapat
merangkai sebuah komponen kedalam bentuk suatu rangkaian.
Berdasarkan
uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat makalah yang berjudul mengukur
dan menghitung nilai komponen elektronika.
1.2
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
paparan dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah “Bagaimana cara mengukur dan menghitung nilai komponen elektronika?”
1.3
Tujuan
Penelitian
Tujuan
dari makalah ini adalah agar rekan-rekan mahasiwa Elektronika khususnya dan pembaca
umum dapat mengukur dan menghitung nilai komponen elektronika sebelum
merakitnya menjadi sebuah rangkaian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Mengenal Komponen Elektronika)
2.1 Resistor (Tahanan)
a.
Pengertian resistor
Resistor atau yang biasa disebut tahanan
atau penghambat adalah suatu komponen elektronik yang memberikan hambatan
terhadap perpindahan elektron negatif. Resistor disingkat dengan huruf “R” dan
satuannya adalah ohm (Prihono, Sujito dkk, 2010).
Resistor adalah suatu komponen yang
berfungsi untuk membatasi aliran arus listrik dan sebagai pembagi tegangan yang
menghasilkan tegangan panjar maju dan tegangan panjar mundur sebagai pembangkit
potensial output dan potensial input (Hasan, Alfarizal dkk, 2013).
b.
Jenis resistor
Menurut Prihono, Sujito dkk (2010)
berdasarkan penggunaannya, resistor dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
1. Resistor
biasa (tetap nilainya) adalah resistor penghambat gerak arus yang nilainya
tidak dapat berubah. Resistor ini biasanya dibuat dari nikelin atau karbon.
2. Resistor
berubah (variable) adalah sebuah resistor yang nilainya dapat berubah-ubah
dengan jalan menggeser atau memutar toogle,
sehingga nilai resistor dapat kita tetapkan sesuai kebutuhan. Jenis resistor
ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu potensiometer rheostat dan trimpot
(trimmer potensiometer) yang biasa menempel pada papan rangkaian.
3. Resistor
NTC dan PTS. Resistor NTC (Negative
Temperature Coefficient) adalah resistor yang nilainya akan bertambah kecil
bila terkena suhu panas. Resistor PTS (Positive
Temperature Coefficient) adalah resistor yang nilainya akan bertambah bila
temperaturnya menjadi dingin.
4. LDR
(Light Dependent Resistor) adalah
jenis resistor yang berubah hambatannya karena pengaruh cahaya. Bila cahaya
gelap, nilai tahanannya semakin besar, sedangkan cahayanya terang nilainya
menjadi semakin kecil.
2.2 Kondensator (Kapasitor)
a.
Pengertian kondensator
Kondensator atau sering disebut sebagai kapasitor
adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi didalam medan listrik, dengan
cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Satuan dari
kapasitor adalah farad (Prihono, Sujito dkk, 2010)
b.
Jenis kondensator
Menurut Prihono, Sujito dkk (2010) berdasarkan
kegunaannya, ada tiga jenis kondensator sebagai berikut:
1. Kondensator
tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah) adalah kondensator yang
nilainya konstan dan tidak dapat berubah-ubah. Ada tiga macam bentuk
kondensator tetap, yaitu sebagai berikut:
§ Kondensator
keramik (ceramik capasitor), memiliki
bentuk bulat tipis, ada yang persegi empat berwarna merah, hijau, coklat dll.
§ Kondensator
plyester, pada dasarnya sama saja dengan kondensator keramik. Bentuknya persegi
empat seperti permen, biasanya berwarna merah, hijau, coklat dan sebagainya.
§ Kondensator
kertas, sering juga disebut kondensator padder.
2. Kondensator
elektrolit (electrolite condenser = elco)
adalah kondensator yang biasanya berbentuk tabung, mempunyai dua kutub kaki
berpolaritas positif dan negatif. Ditandai oleh kaki yang panjang positif
sedangkan yang pendek negatif dengan nilai kapasitasnya dari 0,47 mF sampai ribuan mikroFarad.
3. Kondensator
variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-ubah) adalah jenis kondensator yang
kapasitasnya bisa diubah-ubah. Kondensator ini dapat berubah kapasitasnya
karena secara fisik mempunyai poros yang dapat diputar menggunakan obeng.
§ Kondensator
variabel, terbuat dari logam, mempunyai kapasitas maksimum sekitar 100rF sampai 500rF. Selain itu, konduktor variabel dengan
spul antena dan spul osilator berfungsi sebagai pemilih gelombang frekuensi
tertentu yang akan ditangkap.
§ Kondensator
trimer, dipasang pararel dengan variabel kondensator berfungsi untuk menepatkan
pemilihan gelombang frekuensi. Kondensator trimer mempunyai kapasitas dibawah
100rF.
2.3 Dioda
a.
Pengertian dioda
Menurut Prihono, Sujito dkk (2010) dioda
adalah sambungan bahan p-n yang berfungsi sebagai penyearah. Dioda terbuat dari
bahan semikonduktor yang salingdipertemukan. Bahan tipe-p menjadi sisi anode
sedangkan bahan tipe-n menjadi katode. Dioda ini memiliki tegangan halang (barrier voltage) lebih besar dari 0,7
volt. Dioda yang terbuat dari bahan germanium memiliki tegangan halang
kira-kira 0,3 volt.
Menurut Hasan, Alfarizal dkk (2013)
dioda adalah komponen elektronik yang memiliki dua elektroda, yaitu anoda dan
katoda. Arus listrik yang mengalir hanya satu arah yaitu dari anoda ke katoda,
arus litrik tidak akan mengalir dari katoda ke anoda.
b.
Jenis dioda
Menurut Prihono, Sujito dkk (2010) berdasarkan
fungsinya ada lima jenis dioda sebagai berikut:
1. Dioda
penyearah adalah dioda yang difungsikan untu penyearah tegangan bolak-balik
menjadi tegangan searah, biasanya digunakan pada rangkaian power supply.
2. Dioda
pemancar cahaya atau LED adalah dioda yang memancarkan cahaya bila dipanjar
maju.
3. Dioda
foto (fotovltaic) digunakanuntuk
mengubah energi cahaya menjadi energilistrik searah.
4. Dioda
laser digunakan untuk membangkitkan sinar laser taraf rendah, cara kerjanya
mirip LED.
5. Dioda
zener digunakan untuk regulasi tegangan.
2.4 Transistor
a.
Pengertian transistor
Transistor adalah komponen semikonduktor
yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog,
transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Dalam rangkaian digital,
transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi (Prihono, Sujito dkk,
2010).
b.
Jenis transistor
Menurut Hasan, Alfarizal dkk (2013)
dilihat dari tipenya, transistor terbagi dua yaitu tipe PNP
(Positif-Negatif-Positif) dan tipe NPN (Negatif-Positif-Negatif).
Menurut Prihono, Sujito dkk (2010) ada
dua jenis transistor berdasarkan arus inputnya (BJT) dan tegangan inputnya
(FET).
§ BJT
(Bipolar Junction Transistor),
merupakan transistor yang mempunyai dua dioda, terminal positif dan negatifnya
berdempet, sehingga ada tiga terminal. Ketiga terminal tersebut adalah emiter
(E), kolektor (C) dan basis (B)
§ FET
(Field Effect Transistor), dibagi
menjadi dua macam, yaitu Junction FET
(JFET) dan Insulated Gate FET (IGFET) atau dikenal sebagai Metal Oxide Silicon (semiconductor) FET (MOSFET).
2.5 Induktor
a.
Pengertian induktor
Induktor merupakan komponen elektronik
pasif yang dapat menghasilkan tegangan listrik berbanding lurus dengan
perubahan sesaat dari arus listrik yang mengalir. Besaran induktor adalah
induktansi dengan lambang “L” sedangkan satuannya adalah Hanry atau “H”
(Prihono, Sujito dkk, 2010).
b.
Jenis induktor
Ada
tiga jenis induktor yang sering digunakan dalam dunia elektronika.
1.
Induktor teras udara (air core)
2.
Induktor teras feromagnetik (ferromagnetic core)
3.
Induktor teras ferrite (ferrite core)
2.6 Transformator
a.
Pengertian transformator
Transformator atau trafo adalah komponen
yang digunakan untuk mentransfer sumber energi atau tenaga dari suatu rangkaian
AC kerangkaian lainnya. Perpindahan/transfer energi tersebut bisa menaikkan
atau menurunkan energi yang diransfer. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan
(Prihono, Sujito dkk, 2010).
b.
Jenis transformator
Menurut Prihono, Sujito dkk (2010) berdasarkan
kegunaannya ada dua jenis transformator, yaitu:
1. Transformator
Step-Up, adalah trafo yang befungsi untuk menaikkan tegangan.
2. Transformator
Step-Down, adalah trafo yang berfungsi untuk menurunkan tegangan.
Dipasaran banyak dijual transformator
daya,yang sebagian besar dirancang beroperasi pada frekwensi 50Hz sampai dengan
60Hz. Transformator ini berfungsi sebagai pensuply daya untuk mengubah tegangan
jala-jala menjadi tegangan lain yang dibutuhkan.
Selain transformator daya, trafo bila
diklasifikasikan menurut pemakaiannya, terbagi menjadi 3 jenis:
1. Trafo
Filter, berfungsi untuk mem-filter/menyaring sinyal.
2. Trafo
MF, biasanya terdapat pada pesawat radio yang berfungsi untuk menghubungkan/couple antarfrekwensi.
3. Trafo
input dan output, digunakan untuk menyesuaikan impedensi.
(Multimeter)
a.
Pengertian multimeter
Menurut Alfarizal, Evelina dkk (2013) multimeter
adalah suatu peukur yang dapat digunakan untuk mengukur resistansi (sebagai
ohmmeter), tegangan (sebagai voltmeter), dan arus (sebagai amperemeter), baik
gelombang bolak-balik (AC = Alternating
Current) atau searah (DC = Direct
Current).
b.
Jenis multimeter
1. Multimeter
Analog, hasil pengukuran pada multimeter ini dibaca lewat penunjuk jarum pada
papan skala.
2. Multimeter
Digital, hasil pengukuran langsung dapat dibaca dalam bentuk angka yang
tampilpada layar display.
c.
Batas ukur (range)
1. Batas
ukur kuat arus, biasanya terdiri dari angka-angka 0,25mA – 25mA – 500mA. Untuk
batas ukur 0,25mA, kuat arus yang dapat diukur berkisar dari 0 – 0,25mA. Untuk
batas ukur 25mA, kuat arus yang dapat diukur berkisar 0 – 25mA, dan seterusnya.
2. Batas
ukur tegangan (ACV – DCV), terdiri dari angka-angka 10 – 50 – 250 – 500 – 1000
ACV/DCV. Batas ukur 10 berarti tegangan maksimal yang dapat diukur adalah
10volt. Batas ukur 50 berarti tegangan maksimal yang dapat diukur adalah 50
volt, dan seterusnya.
3. Batas
ukur ohm, terdiri dari angka-angka x1 – x10 – x1k – x10k. Untuk batas ukur x1,
hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada papan skala (pada satuan W). Untuk batas ukur x10, hasil
pengukuran dibaca pada papan skala dan dikali 10 (pada satuan W). Untuk batas ukur x1k, hasil
pengukuran dapat langsung dibaca pada papan skala (pada satuan kW) dan pada batas ukur x10k,
hasilpengkuran dibaca pada papan sakala dan dikali dengan 10kW.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mengukur dan Menghitung Nilai
Resistor
A.
Menghitung secara manual
Menghitung nilai resistor secara manual
bisa dilihat pada warna gelang yang melingkupinya, biasanya 4 gelang, 5 gelang
dan 6 gelang. Untuk mengetahui kode warna pada resistor yaitu dengan
memanfaatkan tabel kode warna resistor.
Warna
|
Gelang 1
|
Gelang 2
|
Gelang 3
(multiplier) |
Gelang 4
(toleransi) |
Temp.
koefisien |
Hitam
|
0
|
0
|
x100
|
±1%
|
100ppm
|
Coklat
|
1
|
1
|
x101
|
±2%
|
50ppm
|
Merah
|
2
|
2
|
x102
|
15ppm
|
|
Jingga
|
3
|
3
|
x103
|
25ppm
|
|
Kuning
|
4
|
4
|
x104
|
||
Hijau
|
5
|
5
|
x105
|
±0,5%
|
|
Biru
|
6
|
6
|
x106
|
±0,25%
|
|
Ungu
|
7
|
7
|
x107
|
±0,1%
|
|
Abu-abu
|
8
|
8
|
x108
|
±0,05%
|
|
Putih
|
9
|
9
|
x109
|
||
Emas
|
x0,1
|
±5%
|
|||
Perak
|
x0,01
|
±10%
|
|||
Tidak berwarna
|
±20%
|
B.
Mengukur menggunakan multimeter
Berikut langkah-langkah mengukur nilai
resistor dengan menggunakan multimeter:
§ Menggunakan
multimeter digital
(a)
Arahkan saklar pemilih menuju kesimbol
resistor.
(b)
Sambungkan ujung kabel multimeter ke
kaki-kaki resistor.
(c) Lihat
panel layar display, akan terlihat besarnya nilai dari tahanan yang diukur.
§ Menggunakan
multimeter analog
(a)
Arahkan saklar keposisi W, untuk:
® x1
dimasudkan hasil yang dihasilkan jarum dikalikan 1W.
® x10
dimaksudkan hasil yang dihasilkan jarum dikali 10W.
® x100
dimaksudkan hasil yang dihasilkan jarum dikali 100W.
® x1k
dimaksudkan hasil yang dihasilkan jarum dikali 1000W.
® x10k
dimaksudkan hasil yang dihasilkan jarum dikali 10.000W.
(b)
Hubungkan kabel multimeter kekaki
resistor.
(c) Lihat
jarum yang dihasilkan, kemudian kalikan hasil tersebut dengan faktor pengali (x1,
x10, x100, x1k, x10k).
§ Mengukur
variabel resistor menggunakan multimeter
(a)
Atur saklar jangkauan ukur pada posisi W.
(b) Batas
ukur (range) pada posisi x1, x10,
x100 atau kW tergantung dari
nilai resisitor variabel yang akan diukur.
(c) Ujung
dari kedua kabel penyidik dipertemukan.
(d) Menggunakan
tombol pengatur posisi jarum pada angka nol (zero adjustment), atur posisi jarum pada papan skala hingga
menunjukkan angka nol.
(e) Letakkan
kedua ujung kabel penyidik pada terminal a dan b dari variabel resisitor.
(f) Putar
tuas searah jarum jam (untuk preset
gunakan obeng minus).
(g) Jarum
pada papan skala akan ikut bergerak ke kanan, artinya variabel resistor masih
baik dan dapat digunakan.
(h) Letakkan
kedua ujung kabel penyidikpada terminal b dan c dari variabel resistor.
(i)
Putar tuas searah jarum jam.
(j)
Jarum pada papan skala ikut bergerak ke
kiri, artinya variabel resistor masih baik dan dapat digunakan.
§ Mengukur
resistor peka cahaya/Light Dependent
Resistor (LDR)
(a)
Atur saklar pada posisi W.
(b)
Batas ukur (range) pada posisi x1, x10, x100 atau kW sesuai kebutuhan.
(c)
Ujung dari kedua kabel penyidik
dipertemukan.
(d)
Menggunakan tombol pengatur posisi jarum
pada angka nol (zero adjustment),
atur posisi jarum pada papan skala hingga menunjukkan angka nol.
(e)
Letakkan kedua ujung kabel penyidik
secara acak pada kedua kaki LDR.
(f)
Menggunakan lampu senter (flashlight) sinari permukaan LDR, jarum
akan bergerak ke kanan. Menunjukkan nilai satuan ohm yang kecil, artinya LDR
masih baik dan dapat digunakan.
(g) Tutuplah permukaan LDR, jarum pada papan
skala bergerak ke kiri, artinya LDR masih dapat digunakan.
(catatan: ditempat gelap, nilai satuan ohm
dari LDR= 1MW.
Ditempat terang, nilai satuan ohm dari LDR = 100W)
§ Mengukur
thermistor
(a) Atur
saklar pada posisi W.
(b) Batas
ukur (range) pada posisi x1, x10,
x100 atau kW sesuai
kebutuhan.
(c) Ujung
dari kedua kabel penyidik dipertemukan.
(d) Menggunakan
tombol pengatur posisi jarum pada angka nol (zero adjustment), atur posisi jarum pada papan skala hingga
menunjukkan angka nol.
(e) Letakkan
kedua ujung kabel penyidik secara acak pada kedua kaki thermistor (NTCR atau
PTCR).
(f) Pada
pengukuran NTCR, dengan menggunakan korek api. Panasi NTCR, jarum pada papan
skala menunjukkan nilai satuan ohm yang kecil, artinya NTCR masih baik dan
dapat digunakan.
(g) Pada
pengukuran PTCR, dengan menggunakan korek api. Panasi PTCR, jarum pada papan
skala menunjukkan nilai satuan ohm yang besar, artinya NTCR masih baik dan
dapat digunakan.
3.2 Mengukur dan Menghitung Nilai
Kondensator
A.
Menghitung secara manual
Secara umum nilai kondensator sudah
tertera pada selubung pembungkusnya. Contohnya, jika pada badan kondensator
tertera 350/450, karakteristik dari kondensator tersebut mempunyai tegngan
kerja maksimum sebesar 350 volt, dan telah diuji (pabrik) pada tegangan 450
volt.
Selain itu, nilai kapasitas sebuah
kondensator biasanya terlihat pada kode tulisan dan kode warnanya. Kondensator
dengan kode warna mempunyai kapasitas kecil dan biasanya trebuat dari polyester.
Tabel
warna kondensator elektrolit tantalum.
Warna
|
Kode A
|
Kode B
(faktor kali) |
Kode C
(toleransi) |
Kode D
(tegangan) |
Hitam
|
0
|
x1
|
±20%
|
|
Coklat
|
1
|
x101
|
-
|
100 volt
|
Merah
|
2
|
x102
|
-
|
250 volt
|
Jingga
|
3
|
x103
|
-
|
250 volt
|
Kuning
|
4
|
x104
|
-
|
400 volt
|
Hijau
|
5
|
x105
|
-
|
400 volt
|
Biru
|
6
|
-
|
-
|
630 volt
|
Ungu
|
7
|
-
|
-
|
630 volt
|
Abu-abu
|
8
|
-
|
-
|
630 volt
|
Putih
|
9
|
-
|
±10%
|
630 volt
|
Selain pengkodean diatas, ada juga
pengkodean seperti pada gambar dibawah ini yang merupakan gambar dari
kondensator elektrolit tantalum. Dari gambar tersebut dijelaskan bahwa kode A
sampai kode C
merupakan nilai kapasitas kondensator
dalam satuan rF, sedangkan
kode D merupakan besarnya tegangan kerja kondensator.
Pembacaan
nilai kondensator:
Satuan dalam kondensator disebut Farad.
Satu farad = 9 x 1011 cm2 yang artinya luas permukaan
kepingan tersebut menjadi 1 farad sama dengan 106 mikrofarad (mF), jadi 1mF
= 9 x 105 cm2. Berikut satuan yang sering digunakan:
§ 1
farad = 1.000.000 mF
(mikro farad)
§ 1
mF = 1.000.000 rF (piko farad)
§ 1
mF = 1.000 hF (nano farad)
§ 1
hF = 1.000 rF (piko farad)
§ 1
rF = 1.000 mmF
(mikro-mikro farad)
Pembacaan
nilai kondensator diuraikan sebagai berikut:
1. Kondensator
keramik
§ Jika
pada badannya tertulis = 103, nilai kapasitasnya 10.000 rF.
§ Jika
pada badannya tertulis = 302, nilai kapasitasnya 3.000 rF.
2. Kondensator
polyester
Pada dasarnya sama dengan kondensator
keramik, begitu juga dengan menghitung nilainya.
3. Kondensator
kertas
§ Kapasitas 200 rF
– 500 rF untuk daerah
gelombang menengah (Medium Wave/MW) =
190 – 500 meter.
§ Kapasitas
1.000 rF – 2.200 rF untuk daerah gelombang pendek (Short Wave/SW) SW 1 = 40 – 130 meter.
§ Kapasitas
2.700 rF – 6.800 rF untuk daerah gelombang SW 1, 2, 3 dan
4 = 13 – 49 meter.
B. Mengukur
menggunakan multimeter
Tujuan
utama mengukur kondensator elektrolit atau elco adalah untuk mengetahui keadaan
kondensator tersebut apakah bocor atau tidak. Berikut langkah-langkah mengukur
nilai kondensator dengan menggunakan multimeter.
1. Arahkan
saklar ke posisi W
(x1, x10, x100 sesuai yang dikehendaki).
2. Hubungkan
kabel multimeter ke kaki-kaki kondensator (kabel hitam ditempelkan ke kaki yang
posiyif, sedangkan kabel merah ditempelkan ke kaki yang negatif).
3. Lihat
jarum yang dihasilkan pada papan skala.
® Jika
jarum bergerak ke kanan dan kembali ke kiri, berarti kondensator baik.
® Jika
jarum bergerak ke kanan dan kembali ke kiri tetapi tidak penuh (di tengah),
berarti kondensator setengah rusah atau aus.
® Jika
jarum bergerak ke kanan dan berhenti, berarti kondensator bocor.
® Jika
jarum tidak bergerak sama sekali, berarti kondensator mati.
3.3 Mengukur dan Menguji Dioda
A.
Dioda penyearah
1.
Arahkan saklar keposisi W (x1, x10, x100 sesuai yang dikehendaki.
2. Hubungkan
kabel multimeter ke kaki-kaki dioda (kabel hitam ditempelkan pada kaki anoda
(-), sedangkan kabel merah ditempelkan pada kaki katoda (+)). Jika jarum
bergerak, berarti dioda baik. Jika jarum tidak bergerak, berarti dioda putus
atau rusak.
3. Pindahkan
pencolok kabel hitam ke kaki katoa, sedangkan kabel merah kekaki anoda. Jika
jarus bergerak, berarti dioda tersebut baik. Jika jarum tidak bergerak, maka
dioda tersebut putus atau rusak.
4. Cara
diatas juga dapat digunakan untuk mengetahui mana anoda dan mana katoda dari
suatu dioda jika gelangnya terhapus.
5. Arahkan
ke VDC untuk mengetahui jenis dari bahan dioda. Bila tegangan katoda-anoda 0,2
volt, kemungkinan dari bahan germanium.
Jika tegangan anoda-katoda 0,6 volt kemungkinan dari bahan silikon.
B.
Dioda pemancar cahaya (LED)
1.
Arahkan saklar keposisi W (x1, x10, x100 sesuai yang dikehendaki.
2.
Hubungkan kabel multimeter ke kaki-kaki
LED.
3. Jika
LED menyala berarti baik. Jika LED tidak menyala, berarti putus atau rusak.
4. Untuk
7-segmen, hubungkan kabel hitam dikaki bagian tengah. Periksa tiap kaki dengan
kabel merah, jiak pengukuran tiap kaki menyala berarti LED baik.
3.4 Mengukur dan Menguji Transistor
A.
Menguji dan mengukur transistor jenis
NPN & PNP
§ Transistor
jenis NPN
1.
Arahkan saklar ke posisi W x 100.
2. Hubungkan
kabel multimeter pencolok hitam pada basis dan merah pada kolektor, jarum harus
menyimpang ke kanan. Bila pencolok merah dipindahkan ke emitor, jarum harus ke
kanan lagi. Hubungkan pencolok merah pada basis dan pencolok hitam pada
kolektor, jarum harusnya tidak menyimpang dan jika pencolok hitam dipindahkan
ke emitor, jarum juga harus tidak menyimpang.
3. Arahkan
saklar pada 1k.
4. Hubungkan
pencolok hitam pada kaki kolektor dan merah pada kaki emitor, jarum harus
sedikit menyimpang ke kanan. Jika dibalik, jarum harus tidak meyimpang. Jika
salah satu peristiwa tersebut tidak terjadi, kemungkinan transistor rusak.
§ Transistor
jenis PNP
1.
Arahkan saklar ke posisi W x 100.
2. Hubungkan
kabel multimeter pencolok hitam pada basis dan merah pada kolektor, jarum harus
menyimpang ke kanan. Bila pencolok merah dipindahkan ke emitor, jarum harus ke
kanan lagi. Hubungkan pencolok merah pada basis dan pencolok hitam pada kolektor,
jarum harusnya tidak menyimpang dan jika pencolok hitam dipindahkan ke emitor,
jarum juga harus tidak menyimpang.
3. Cara
diatas juga dapat digunakan untuk mengetahui mana kaki basis, kolektor dan
emitor suatu transistor.
4. Arahkan
VDC untuk memperkirakan bahan
transistor.pengujian dapat dilakukan pada kaki basis dan emitor. Jika voltase
yang dihasilkan 0,2 volt, kemungkinan dari bahan germanium. Jika nilai
voltasenya 0,6 volt, kemungkinan dari bahan silicon.
Berikut adalah contoh nilai tahanan (resistance) dari beberapa transistor
dimana “dioda” emitor-basis dan “dioda” kolektor-basis untuk transistor jenis
PNP dan NPN mendapatkan tegangan panjar maju (forward blas).
KODE
|
TIPE
|
DIODA
|
RESISTANCE
|
KONDISI
|
2SA671
|
PNP
|
Emitor-Basis
|
16,5W
|
BAIK
|
Kolektor-Basis
|
16W
|
BAIK
|
||
2SB54
|
PNP
|
Emitor-Basis
|
8W
|
BAIK
|
Kolektor-Basis
|
7W
|
BAIK
|
||
2SA101
|
PNP
|
Emitor-Basis
|
12W
|
BAIK
|
Kolektor-Basis
|
11,5W
|
BAIK
|
||
BC547B
|
NPN
|
Basis-Emitor
|
21W
|
BAIK
|
Basis-Kolektor
|
20W
|
BAIK
|
||
BC108
|
NPN
|
Basis-Emitor
|
22W
|
BAIK
|
Basis-Kolektor
|
21W
|
BAIK
|
||
FCS9014B
|
NPN
|
Basis-Emitor
|
20W
|
BAIK
|
Basis-Kolektor
|
19,5W
|
BAIK
|
B.
Menguji transistor jenis FET
Cara
menguji transistor jenis FET adalah sebagai berikut:
1.
Arahkan saklar ke posisi W x 100.
2. Hubungkan
kabel multimeter pencolok hitampada source dan merah pada gate. Jika jarum
menyimpang, jenis FET adalah kanal P dan jika tidak, FET adalah kanal N.
3. Arahkan
saklar pada x1k atau x10k, potensio harus minimum dan resistansi harus kecil.
Jika potensio diputar ke kanan, resistansi harus tak terhingga. Jika peristiwa
ini tidak terjad, kemungkinan FET rusak.
C.
Menguji transistor jenis UJT
Cara kerja UJT seperti switch, jika masih bisa
on-off, berarti transistor tersebut masih baik. Berikut langkah-langkah
pengujian transistor UJT.
1. Arahkan
saklar pada 10 VDC dan potensio pada minimum, tegangan harus kecil.
2. Setelah
potensio diputar, pelan-pelan jarum akan naik sampai posisi tertentu. Jika
jarus diputar pelan-pelan kearah minimum ladi dan pada posisi tertentu, jarum
akan bergerak kekiri. Jika putaran potensio diteruskan sampai minimum, jarum
akan tetap diam. Jika peristiwa tresebut terjadi, berarti komponen UJT tersebut
masih baik.
3.5 Mengukur Induktor
Untuk mengetahui kondisi putus tidaknya
sebuah pengantar insuktor sebagai berikut:
1. Atahkan
saklar ke posisi W
meter (R x1k).
2. Hubungkan
kedua pencolok pada masing-masing ujung pengantar.
3. Perhatikan
arah atau pola induktor, pencolok hitam dihubungkan pada ujung pengantar
pertama, sedangkan pencolok merah pada ujung yang lainnya.
4. Jika
jarum bergerak, berarti kondisi induktor baik. Jika jarum tidak bergerak sama
sekali, berarti induktor putus.
3.6 Mengukur dan Menghitung Nilai
Transformator
A.
Mengukur nilai Voltase
Nilai voltase sebuah transformator sudah
tertera pada bagian badan pembungkusnya. Berikut langkah-langkah untuk mengukur
transformator:
1.
Arahkan saklar ke posisi AC volt.
2.
Jika transformator (step down) sudah terhubung dengan kabel dari tegangan PLN,
hubungkan pencolok merah pada nilai yang ingin anda ukur.
3.
Jika jarum bergerak tetapi tidak sesuai
dengan nilai yang tertera, berarti transformator tersebut tidak layak pakai.
4.
Jika jarum tidak bergerak sama sekali,
berarti transformator rusak.
B.
Menghitung jumlah kumparan
Dipasaran banyak dijual berbagai macam
tranformator, terutama transformator penurun tegangan.
Transformator terdiri dari dua kumparan
(primer dan sekunder) yang digulungkan pada inti besi.inti kumparan yang
berasal dari besi biasanya terdiri dari tumpukan-tumpukan atau lapisan-lapisan
yang terbuat dari lempengan-lempengan baja. Inti inilah yang menjamin sambungan
magnetik antara gulungan primer dan gulungan sekunder.
Transformator bekerja dengan frekwensi
yang besarannya (nilainya) dibakukan dengan Hertz atau Hz.
Pada transformator ideal, tegangan
induksi pada masing-masing lilitan sekunder sama dengan tegangan induksi pada
masing-masing lilitan primer.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Resistor adalah suatu komponen
elektronik yang memberikan hambatan terhadap perpindahan elektron negatif.
2. kapasitor adalah suatu alat yang dapat
menyimpan energi didalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan
ketidakseimbangan internal dari muatan listrik.
3.
dioda adalah komponen elektronik yang
memiliki dua elektroda, yaitu anoda dan katoda. Arus listrik yang mengalir
hanya satu arah yaitu dari anoda ke katoda.
4.
Transistor adalah komponen semikonduktor
yang dirancang sebagai penguat arus listrik.
5.
Induktor merupakan komponen elektronik
pasif yang dapat menghasilkan tegangan listrik berbanding lurus dengan
perubahan sesaat dari arus listrik yang mengalir.
6. Trafo adalah komponen yang digunakan
untuk mentransfer sumber energi atau tenaga dari suatu rangkaian AC kerangkaian
lainnya.
7.
Menghitung nilai resistor secara manual
bisa dilihat pada warna gelang yang melingkupinya.
8.
Nilai kapasitas sebuah kondensator
biasanya terlihat pada kode tulisan dan kode warnanya.
9. Pengukuran dan pengujian dengan
multimeter guna mengetahui keadaan komponen elektronika tersebut apakah rusak
atau masih bisa digunakan.
B.
Saran
Agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tujuan yang diinginkan akan
tercapai maka disarankan kepada rekan-rekan mahasiswa elektronika khususnya
dapat memahami terlebih dahulu mengenai komponen-komponen elektronika dan dapat
mempraktikan cara menghitung dan mengukur nilai dari komponen eletronika
tersebut.
SUMBER :http://restupraharaputra.blogspot.com
Silicon Controlled
Rectifier ( SCR ) adalah salah satu komponen yang mirip dengan
transistor karena memiliki tiga buah kaki. Tapi kaki pada SCR tidak sama
dengan kaki yang terdapat pada transistor. Kaki yang terdapat pada SCR
terdiri dari ; A = Anoda, G = Gate, K = Katoda. Jadi jelaslah bahwa
fungsi SCR ini beda dengan transistor.
SCR ini memiliki berbagai macam daya dan kekuatan, misalnya saja SCR
yang memiliki daya dan kekuatan sebesar 100 V / 2A. Ini berartii SCR
tersebut hanya bisa dipakai tidak lebih dari 2 Ampere atau sama dengan
tak lebih dari 200 Watt. Fungsi SCR adalah sebagai pengatur daya dan
juga sebagai saklar arus yang otomatis.
Dengan karakteristik yang serupa tabung thiratron, maka SCR atau
Tyristor (Therystor) masih termasuk keluarga semikonduktor. Kaki gate
(G) adalah sebagai pengendalinya. Sebetulnya SCR terbuat dari bahan
campuran P dan N. SCR berisi bahan-bahan yang terdiri dari PNPN (Positif
Negatif Positif Negatif) dan biasanya disebut sebagai PNPN Trioda.
Gambar Fungsi SCR
Dengan memberi arus trigger pada lapisan P yang dekat dengan Katoda
membuat thyristor menjadi ON, yakni dengan membuat kaki gate pada
thyristor PNPN. Disebut pin gate katoda (cathode gate) karena letaknya
yang dekat dengan katoda.
Dengan memberi arus gate melalui kaki (pin) gate tersebut memungkinkan
komponen ini dipicu menjadi ON. Ternyata dengan memberi arus gate yang
semakin besar dapat menurunkan tegangan breakover sebuah SCR. Dimana
tegangan ini adalah tegangan minimum yang diperlukan SCR untuk menjadi
ON.
Sifat SCR
Dalam kondisi normal antara Anoda dan Katoda tidak
menghantar seperti dioda biasa. Anoda dan Katoda akan terhubung setelah
pada Gate diberi trigger minimal sebesar 0,6 Volt lebih positif dari
Katoda. SCR akan tetap menghantar walaupun trigger pada Gate telah
dilepas. SCR akan kembali ke kondisi tidak menghantar setelah masukan
tegangan pada Anoda dilepas.
Cara menentukan Kaki SCR
Apabila probe merah dihubungkan dengan kaki katoda dan probe hitam
dihubungkan dengan kaki anoda dan gate, maka jarum penunjuk pada
multimeter akan bergerak. Apabila telah menemukan kaki katoda, kaki
anoda dan gate dapat dicari dengan cara melepaskan probe hitam disalah
satu kaki. Apabila probe hitam berada dikaki anoda, jarum tetap (tidak
bergerak) dan jika jarum bergerak ke angka 0, maka probe hitam berada
dikaki gate.
Cara mengecek kondisi SCR
Pertama posisikan multimeter ke skala x1ohm, selanjutnya
hubungkan probe merah dengan katoda dan probe hitam pada anoda, kemudian
perhatikan jarum pada multimeter, selanjutnya kaki anoda dan gate
dishort, apabila jarum pada multimeter menunjukan angka yang sama
berarti kondisi SCR dalam keadaan baik. Sebaliknya jika kaki anoda dan
gate dishort dan jarum pada multimeter tidak menyimpang maka dapat di
artikan kondisi SCR rusak.
Berikut ini adalah Fungsi SCR yang lainnya, diantaranya :
Sebagai rangkaian saklar (switch control)
Sebagai rangkaian pengendali (remote control)
Demikian sedikit penjelasan mengenai pengertian dan fungsi SCR. Semoga
setelah membaca artikel ini Anda mengerti dan bisa membedakan bentuk
antara SCR dan transistor karena memiliki fungsi yang berbeda.
Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Silicon Controlled
Rectifier ( SCR ) adalah salah satu komponen yang mirip dengan
transistor karena memiliki tiga buah kaki. Tapi kaki pada SCR tidak sama
dengan kaki yang terdapat pada transistor. Kaki yang terdapat pada SCR
terdiri dari ; A = Anoda, G = Gate, K = Katoda. Jadi jelaslah bahwa
fungsi SCR ini beda dengan transistor.
SCR ini memiliki berbagai macam daya dan kekuatan, misalnya saja SCR
yang memiliki daya dan kekuatan sebesar 100 V / 2A. Ini berartii SCR
tersebut hanya bisa dipakai tidak lebih dari 2 Ampere atau sama dengan
tak lebih dari 200 Watt. Fungsi SCR adalah sebagai pengatur daya dan
juga sebagai saklar arus yang otomatis.
Dengan karakteristik yang serupa tabung thiratron, maka SCR atau
Tyristor (Therystor) masih termasuk keluarga semikonduktor. Kaki gate
(G) adalah sebagai pengendalinya. Sebetulnya SCR terbuat dari bahan
campuran P dan N. SCR berisi bahan-bahan yang terdiri dari PNPN (Positif
Negatif Positif Negatif) dan biasanya disebut sebagai PNPN Trioda.
Gambar Fungsi SCR
Dengan memberi arus trigger pada lapisan P yang dekat dengan Katoda
membuat thyristor menjadi ON, yakni dengan membuat kaki gate pada
thyristor PNPN. Disebut pin gate katoda (cathode gate) karena letaknya
yang dekat dengan katoda.
Dengan memberi arus gate melalui kaki (pin) gate tersebut memungkinkan
komponen ini dipicu menjadi ON. Ternyata dengan memberi arus gate yang
semakin besar dapat menurunkan tegangan breakover sebuah SCR. Dimana
tegangan ini adalah tegangan minimum yang diperlukan SCR untuk menjadi
ON.
Sifat SCR
Dalam kondisi normal antara Anoda dan Katoda tidak
menghantar seperti dioda biasa. Anoda dan Katoda akan terhubung setelah
pada Gate diberi trigger minimal sebesar 0,6 Volt lebih positif dari
Katoda. SCR akan tetap menghantar walaupun trigger pada Gate telah
dilepas. SCR akan kembali ke kondisi tidak menghantar setelah masukan
tegangan pada Anoda dilepas.
Cara menentukan Kaki SCR
Apabila probe merah dihubungkan dengan kaki katoda dan probe hitam
dihubungkan dengan kaki anoda dan gate, maka jarum penunjuk pada
multimeter akan bergerak. Apabila telah menemukan kaki katoda, kaki
anoda dan gate dapat dicari dengan cara melepaskan probe hitam disalah
satu kaki. Apabila probe hitam berada dikaki anoda, jarum tetap (tidak
bergerak) dan jika jarum bergerak ke angka 0, maka probe hitam berada
dikaki gate.
Cara mengecek kondisi SCR
Pertama posisikan multimeter ke skala x1ohm, selanjutnya
hubungkan probe merah dengan katoda dan probe hitam pada anoda, kemudian
perhatikan jarum pada multimeter, selanjutnya kaki anoda dan gate
dishort, apabila jarum pada multimeter menunjukan angka yang sama
berarti kondisi SCR dalam keadaan baik. Sebaliknya jika kaki anoda dan
gate dishort dan jarum pada multimeter tidak menyimpang maka dapat di
artikan kondisi SCR rusak.
Berikut ini adalah Fungsi SCR yang lainnya, diantaranya :
Sebagai rangkaian saklar (switch control)
Sebagai rangkaian pengendali (remote control)
Demikian sedikit penjelasan mengenai pengertian dan fungsi SCR. Semoga
setelah membaca artikel ini Anda mengerti dan bisa membedakan bentuk
antara SCR dan transistor karena memiliki fungsi yang berbeda.
Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Silicon Controlled
Rectifier ( SCR ) adalah salah satu komponen yang mirip dengan
transistor karena memiliki tiga buah kaki. Tapi kaki pada SCR tidak sama
dengan kaki yang terdapat pada transistor. Kaki yang terdapat pada SCR
terdiri dari ; A = Anoda, G = Gate, K = Katoda. Jadi jelaslah bahwa
fungsi SCR ini beda dengan transistor.
SCR ini memiliki berbagai macam daya dan kekuatan, misalnya saja SCR
yang memiliki daya dan kekuatan sebesar 100 V / 2A. Ini berartii SCR
tersebut hanya bisa dipakai tidak lebih dari 2 Ampere atau sama dengan
tak lebih dari 200 Watt. Fungsi SCR adalah sebagai pengatur daya dan
juga sebagai saklar arus yang otomatis.
Dengan karakteristik yang serupa tabung thiratron, maka SCR atau
Tyristor (Therystor) masih termasuk keluarga semikonduktor. Kaki gate
(G) adalah sebagai pengendalinya. Sebetulnya SCR terbuat dari bahan
campuran P dan N. SCR berisi bahan-bahan yang terdiri dari PNPN (Positif
Negatif Positif Negatif) dan biasanya disebut sebagai PNPN Trioda.
Gambar Fungsi SCR
Dengan memberi arus trigger pada lapisan P yang dekat dengan Katoda
membuat thyristor menjadi ON, yakni dengan membuat kaki gate pada
thyristor PNPN. Disebut pin gate katoda (cathode gate) karena letaknya
yang dekat dengan katoda.
Dengan memberi arus gate melalui kaki (pin) gate tersebut memungkinkan
komponen ini dipicu menjadi ON. Ternyata dengan memberi arus gate yang
semakin besar dapat menurunkan tegangan breakover sebuah SCR. Dimana
tegangan ini adalah tegangan minimum yang diperlukan SCR untuk menjadi
ON.
Sifat SCR
Dalam kondisi normal antara Anoda dan Katoda tidak
menghantar seperti dioda biasa. Anoda dan Katoda akan terhubung setelah
pada Gate diberi trigger minimal sebesar 0,6 Volt lebih positif dari
Katoda. SCR akan tetap menghantar walaupun trigger pada Gate telah
dilepas. SCR akan kembali ke kondisi tidak menghantar setelah masukan
tegangan pada Anoda dilepas.
Cara menentukan Kaki SCR
Apabila probe merah dihubungkan dengan kaki katoda dan probe hitam
dihubungkan dengan kaki anoda dan gate, maka jarum penunjuk pada
multimeter akan bergerak. Apabila telah menemukan kaki katoda, kaki
anoda dan gate dapat dicari dengan cara melepaskan probe hitam disalah
satu kaki. Apabila probe hitam berada dikaki anoda, jarum tetap (tidak
bergerak) dan jika jarum bergerak ke angka 0, maka probe hitam berada
dikaki gate.
Cara mengecek kondisi SCR
Pertama posisikan multimeter ke skala x1ohm, selanjutnya
hubungkan probe merah dengan katoda dan probe hitam pada anoda, kemudian
perhatikan jarum pada multimeter, selanjutnya kaki anoda dan gate
dishort, apabila jarum pada multimeter menunjukan angka yang sama
berarti kondisi SCR dalam keadaan baik. Sebaliknya jika kaki anoda dan
gate dishort dan jarum pada multimeter tidak menyimpang maka dapat di
artikan kondisi SCR rusak.
Berikut ini adalah Fungsi SCR yang lainnya, diantaranya :
Sebagai rangkaian saklar (switch control)
Sebagai rangkaian pengendali (remote control)
Demikian sedikit penjelasan mengenai pengertian dan fungsi SCR. Semoga
setelah membaca artikel ini Anda mengerti dan bisa membedakan bentuk
antara SCR dan transistor karena memiliki fungsi yang berbeda.
Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Silicon Controlled
Rectifier ( SCR ) adalah salah satu komponen yang mirip dengan
transistor karena memiliki tiga buah kaki. Tapi kaki pada SCR tidak sama
dengan kaki yang terdapat pada transistor. Kaki yang terdapat pada SCR
terdiri dari ; A = Anoda, G = Gate, K = Katoda. Jadi jelaslah bahwa
fungsi SCR ini beda dengan transistor.
SCR ini memiliki berbagai macam daya dan kekuatan, misalnya saja SCR
yang memiliki daya dan kekuatan sebesar 100 V / 2A. Ini berartii SCR
tersebut hanya bisa dipakai tidak lebih dari 2 Ampere atau sama dengan
tak lebih dari 200 Watt. Fungsi SCR adalah sebagai pengatur daya dan
juga sebagai saklar arus yang otomatis.
Dengan karakteristik yang serupa tabung thiratron, maka SCR atau
Tyristor (Therystor) masih termasuk keluarga semikonduktor. Kaki gate
(G) adalah sebagai pengendalinya. Sebetulnya SCR terbuat dari bahan
campuran P dan N. SCR berisi bahan-bahan yang terdiri dari PNPN (Positif
Negatif Positif Negatif) dan biasanya disebut sebagai PNPN Trioda.
Gambar Fungsi SCR
Dengan memberi arus trigger pada lapisan P yang dekat dengan Katoda
membuat thyristor menjadi ON, yakni dengan membuat kaki gate pada
thyristor PNPN. Disebut pin gate katoda (cathode gate) karena letaknya
yang dekat dengan katoda.
Dengan memberi arus gate melalui kaki (pin) gate tersebut memungkinkan
komponen ini dipicu menjadi ON. Ternyata dengan memberi arus gate yang
semakin besar dapat menurunkan tegangan breakover sebuah SCR. Dimana
tegangan ini adalah tegangan minimum yang diperlukan SCR untuk menjadi
ON.
Sifat SCR
Dalam kondisi normal antara Anoda dan Katoda tidak
menghantar seperti dioda biasa. Anoda dan Katoda akan terhubung setelah
pada Gate diberi trigger minimal sebesar 0,6 Volt lebih positif dari
Katoda. SCR akan tetap menghantar walaupun trigger pada Gate telah
dilepas. SCR akan kembali ke kondisi tidak menghantar setelah masukan
tegangan pada Anoda dilepas.
Cara menentukan Kaki SCR
Apabila probe merah dihubungkan dengan kaki katoda dan probe hitam
dihubungkan dengan kaki anoda dan gate, maka jarum penunjuk pada
multimeter akan bergerak. Apabila telah menemukan kaki katoda, kaki
anoda dan gate dapat dicari dengan cara melepaskan probe hitam disalah
satu kaki. Apabila probe hitam berada dikaki anoda, jarum tetap (tidak
bergerak) dan jika jarum bergerak ke angka 0, maka probe hitam berada
dikaki gate.
Cara mengecek kondisi SCR
Pertama posisikan multimeter ke skala x1ohm, selanjutnya
hubungkan probe merah dengan katoda dan probe hitam pada anoda, kemudian
perhatikan jarum pada multimeter, selanjutnya kaki anoda dan gate
dishort, apabila jarum pada multimeter menunjukan angka yang sama
berarti kondisi SCR dalam keadaan baik. Sebaliknya jika kaki anoda dan
gate dishort dan jarum pada multimeter tidak menyimpang maka dapat di
artikan kondisi SCR rusak.
Berikut ini adalah Fungsi SCR yang lainnya, diantaranya :
Sebagai rangkaian saklar (switch control)
Sebagai rangkaian pengendali (remote control)
Demikian sedikit penjelasan mengenai pengertian dan fungsi SCR. Semoga
setelah membaca artikel ini Anda mengerti dan bisa membedakan bentuk
antara SCR dan transistor karena memiliki fungsi yang berbeda.
Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Silicon Controlled
Rectifier ( SCR ) adalah salah satu komponen yang mirip dengan
transistor karena memiliki tiga buah kaki. Tapi kaki pada SCR tidak sama
dengan kaki yang terdapat pada transistor. Kaki yang terdapat pada SCR
terdiri dari ; A = Anoda, G = Gate, K = Katoda. Jadi jelaslah bahwa
fungsi SCR ini beda dengan transistor.
SCR ini memiliki berbagai macam daya dan kekuatan, misalnya saja SCR
yang memiliki daya dan kekuatan sebesar 100 V / 2A. Ini berartii SCR
tersebut hanya bisa dipakai tidak lebih dari 2 Ampere atau sama dengan
tak lebih dari 200 Watt. Fungsi SCR adalah sebagai pengatur daya dan
juga sebagai saklar arus yang otomatis.
Dengan karakteristik yang serupa tabung thiratron, maka SCR atau
Tyristor (Therystor) masih termasuk keluarga semikonduktor. Kaki gate
(G) adalah sebagai pengendalinya. Sebetulnya SCR terbuat dari bahan
campuran P dan N. SCR berisi bahan-bahan yang terdiri dari PNPN (Positif
Negatif Positif Negatif) dan biasanya disebut sebagai PNPN Trioda.
Gambar Fungsi SCR
Dengan memberi arus trigger pada lapisan P yang dekat dengan Katoda
membuat thyristor menjadi ON, yakni dengan membuat kaki gate pada
thyristor PNPN. Disebut pin gate katoda (cathode gate) karena letaknya
yang dekat dengan katoda.
Dengan memberi arus gate melalui kaki (pin) gate tersebut memungkinkan
komponen ini dipicu menjadi ON. Ternyata dengan memberi arus gate yang
semakin besar dapat menurunkan tegangan breakover sebuah SCR. Dimana
tegangan ini adalah tegangan minimum yang diperlukan SCR untuk menjadi
ON.
Sifat SCR
Dalam kondisi normal antara Anoda dan Katoda tidak
menghantar seperti dioda biasa. Anoda dan Katoda akan terhubung setelah
pada Gate diberi trigger minimal sebesar 0,6 Volt lebih positif dari
Katoda. SCR akan tetap menghantar walaupun trigger pada Gate telah
dilepas. SCR akan kembali ke kondisi tidak menghantar setelah masukan
tegangan pada Anoda dilepas.
Cara menentukan Kaki SCR
Apabila probe merah dihubungkan dengan kaki katoda dan probe hitam
dihubungkan dengan kaki anoda dan gate, maka jarum penunjuk pada
multimeter akan bergerak. Apabila telah menemukan kaki katoda, kaki
anoda dan gate dapat dicari dengan cara melepaskan probe hitam disalah
satu kaki. Apabila probe hitam berada dikaki anoda, jarum tetap (tidak
bergerak) dan jika jarum bergerak ke angka 0, maka probe hitam berada
dikaki gate.
Cara mengecek kondisi SCR
Pertama posisikan multimeter ke skala x1ohm, selanjutnya
hubungkan probe merah dengan katoda dan probe hitam pada anoda, kemudian
perhatikan jarum pada multimeter, selanjutnya kaki anoda dan gate
dishort, apabila jarum pada multimeter menunjukan angka yang sama
berarti kondisi SCR dalam keadaan baik. Sebaliknya jika kaki anoda dan
gate dishort dan jarum pada multimeter tidak menyimpang maka dapat di
artikan kondisi SCR rusak.
Berikut ini adalah Fungsi SCR yang lainnya, diantaranya :
Sebagai rangkaian saklar (switch control)
Sebagai rangkaian pengendali (remote control)
Demikian sedikit penjelasan mengenai pengertian dan fungsi SCR. Semoga
setelah membaca artikel ini Anda mengerti dan bisa membedakan bentuk
antara SCR dan transistor karena memiliki fungsi yang berbeda.
Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win
terimakasih atas infonya
BalasHapusMata solder cs30
keren makalahnya
BalasHapus